Traveling ke wilayah Sumatera Barat, nggak lengkap kalau berburu panorama alamnya. Selain Kepulauan Mentawai dan Gunung Kerinci, Sumbar juga dikenal lewat panorama Danau Maninjau.
Sebagai destinasi yang cantik di Provinsi Sumatera Barat, Danau Maninjau nggak pernah sepi pengunjung. Suasana di sekitar Danau Maninjau yang masih alami dan rapat dengan aneka pepohonan cocok buat kamu yang pengen menyepi mencari ketenangan atau ketenangan batin.
Berada di ketinggian 461,5 meter dari permukaan laut, Danau Maninjau merupakan referensi berbagai karya pustaka anak bangsa. Salah satunya menjadi latar belakang cerita novel dan film karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Well, meski sudah dikenal ke seluruh penjuru Nusantara, belum ada yang mampu menjelaskan asal usul dari Danau Maninjau secara ilmiah. Nggak heran, banyak berkembang mitos atau cerita rakyat tentang sejarah dari Danau Maninjau ini.
Gunung Tinjau yang Mati
Dalam sejarahnya, Danau Maninjau punya ikatan yang erat dengan Gunung Tinjau. Masyarakat sekitar percaya bahwa danau ini bisa terbentuk akibat letusan Gunung Tinjau jutaan tahun yang lalu.
Jika diukur, Danau Maninjau memiliki luas sekitar 99,5 kilometer persegi. Jadi bisa dibayangkan seberapa besar Gunung Tinjau sebelum pada akhirnya meletus.
Dengan status danau vulkanik, belum ada yang dapat memastikan, secara ilmiah kalau danau ini merupakan hasil letusan Gunung Tinjau yang dimaksud. Meski, jika diukur dengan teknologi saat ini, letusan gunung tersebut mampu menghamburkan lebih dari 220-250 kilometer persegi material piroklastik.
Akan tetapi, keberadaan gunung tersebut masih sering dipantau. Meski statusnya mati, Gunung Tinjau bisa saja dapat berubah aktif, terlebih sempat ada aktivitas vulkanik yang menyebabkan kematian ratusan ikan pada 2010 lalu di Danau Maninjau.
Legenda Bujang Sembilan
Lantaran secara ilmiah masih menjadi misteri, legenda rakyat yang pada akhirnya menguasai kisah asal usul dari Danau Maninjau. Salah satu yang paling tersohor adalah kisah Bujang Sembilan.
Diceritakan, dahulu kala hidup sembilan orang bersaudara yang sudah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Sang kakak bernama Kukuban dan yang paling bungsu bernama Sani, seorang wanita berparas cantik.
Bujang Sembilan memiliki paman bernama Datuk Limbatang yang tinggal bersama seorang anak lelaki, Giran. Lantaran sering bertemu, Sani dan Giran akhirnya jatuh hati. Keduanya pun sepakat menikah sampai akhirnya sang kakak dari Sani, Kukuban murka.
Ia nggak setuju lantaran punya masa lalu yang buruk dengan Giran, pernah kalah dalam pertandingan pencak silat dan merasa benci kepadanya. Restu pun nggak keluar sampai akhirnya Giran dan Sani menjalani hubungan dengan sembunyi-sembunyi.
Sayang, kebersamaannya harus berakhir saat Kukuban memergoki keduanya dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan nggak senonoh. Para warga pun percaya akan hasutan Kukuban, segera mengarak Giran dan Sani untuk dilemparkan ke kawah panas Gunung Tinjau sebagai hukuman.
Sebelum dilemparkan ke kawah, Giran mengucap sumpah, “Ya Allah, biarkan tubuh kami hancur jika kami bersalah. Tapi kalo kami tak bersalah, ubahlah Bujang Sembilan menjadi ikan!”
Well, doa dari Giran pun dijabah. Setelah pasangan kekasih ini melompat ke dalam kawah, Gunung Tinjau pun meletus dengan hebatnya dan laharnya menghancurkan apapun yang dilewatinya.
Bekas letusan Gunung Tinjau berubah menjadi Danau Maninjau dan di sanalah Bujang Sembilan hidup sebagai sembilan ekor ikan.
Well, terlepas dari mitos dan misteri ilmiah, Danau Maninjau adalah destinasi yang patut kamu kunjungi saat liburan nanti. Siapa tahu kamu bisa dapat pengalaman baru yang nggak terlupakan.
Tertarik buat main ke Danau Maninjau? Sekalian liburan ke Padang. Jangan lupa buat pesan tiket pesawat ke Padang dan hotel di Padang lainnya lewat Pegipegi. Selamat liburan!
pesan tiket pesawat murah ke Padang cari hotel murah di Padang
*Harga berlaku saat artikel dibuat
Agar transaksi lebih mudah dan murah, yuk, instal aplikasi Pegipegi lewat Google Play atau App Store!