Sejarah Pulau Sumatra belum terlalu populer di telinga kita. Sebuah kunjungan singkat ke Museum Adityawarman, Padang, Sumatra Barat akan menjawab rasa keingintahuanmu tentang kisah pulau yang dalam bahasa Sanskerta disebut Swarnadwipa ini.
Macam-macam benda koleksi Museum Adityawarman, Padang
Diliat dari luar, Museum Adityawarman Padang tampak megah dengan arsitektur khas Sumatra Barat bernama Rumah Gadang. Ini adalah semacam rumah panggung dengan bagian atap yang meruncing seperti tanduk kerbau.
Halaman Museum Adityawarman luas ditumbuhi pepohonan sehingga tampak asri. Dan di pintu masuk, kamu akan disambut oleh miniatur bendi, pedati dan pesawat perang jadul peninggalan Perang Dunia II. Ada juga dua lumbung padi atau rangkiang.
Di ruangan lain dalam Museum Adityawarman juga terpampang miniatur Rumah Gadang dan pembagian ruangannya. Anak lelaki keluarga Minangkabau jaman dulu enggak tidur di rumah dan punya kamar sendiri seperti anak-anak jaman sekarang, travelers. Mereka musti tidur di surau karena harus mendalami ajaran agama dan pencak silat.
Sedangkan anak-anak perempuan diajarkan cara memasak, menenun kain dan berpantun supaya bisa mengajarkan tentang kehidupan pada anak-anak mereka nanti dengan cara yang nggak membosankan. Hebat ya,orang-orang Minang jaman dulu sudah tau kalo anak-anak pasti bosan diceramahi. Tapi mereka pasti suka mendengar pantun yang isinya jenaka dan memahami nasehat yang tersembunyi di dalamnya. Semua itu bisa kamu ketahui dengan melihat bagan sistem kekerabatan Minang di Museum Adityawarman, travelers.
Dengan melihat bagan itu kamu akan melihat perbedaan sistem kekerabatan Minang yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, yang menempatkan wanita dalam posisi dominan dalam keluarga. Selain itu masih ada replika alat musik, pakaian tradisional dan pelaminan pernikahan adat Minang yang tampak megah dan banyak menarik perhatian pengunjung Museum Adityawarman.
Jangan lupa sempatkan dirimu untuk melongok sebuah bagian Museum Adityawarman yang memajang benda-benda kerajinan tangan dan peninggalan sejarah dari Kepulauan Mentawai. Suku yang mendiami Kepulauan Mentawai memiliki adat istiadat, sistem kekerabatan, cara berpakaian dan hasil karya yang jauh berbeda sama orang-orang Minang.
Sejarah Museum Adityawarman dan Kerajaan Dharmasraya
Benda koleksi Museum Adityawarman yang juga menarik perhatian adalah dua buah arca replika Bhairwa dan Amoghapasa peninggalan Kerajaan Dharmasraya, sebuah kerajaan yang pernah berdiri sebelum Kerajaan Pagaruyung/ Malayupura.
Arca Amoghapasa adalah patung pemberian Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari untuk Tribhuwanaraja, penguasa Kerajaan Dharmasraya. Patung itu merupakan perwujudan Awalokiteswara, boddhisatwa yang melambangkan sifat welas asih. Sebuah prasasti diukirkan di balik arca itu oleh Kertanegara, dan raja Kerajaan Dharmasraya selanjutnya yaitu Raja Adityawarman menambahkan keterangan dalam prasasti itu dengan menyatakan bahwa patung itu adalah perwujudan dirinya.
Lalu siapakah Adityawarman? Kitab Pararaton menyebutkan, Adityawarman adalah anak dari Dara Jingga, putri Tribhuwanaraja yang semula akan dinikahkan dengan Raja Kertanegara. Namun pernikahan itu batal karena Kerajaan Singosari telah runtuh. Ada yang mengatakan Dara Jingga menikah dengan Adwaya Brahman dan melahirkan Adityawarman. Tapi versi lain mengatakan Adityawarman adalah putra dari pernikahan Dara Jingga dan Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit.
Adityawarman juga memiliki hubungan dekat dengan Raja Jayanegara, raja Majapahit sesudah Raden Wijaya, dan dipercaya menjadi duta Majapahit untuk melakukan negosiasi damai dengan bangsa Mongol. Adityawarman jugalah yang meletakkan Arca Manjusri (perwujudan boddhisatwa yang melambangkan kebijaksanaan) di Candi Jago, Malang, sebagai penghormatan kepada leluhurnya.
Adityawarman meninggalkan Kerajaan Majapahit setelah Jayanegara meninggal dan menjadi raja di Kerajaan Dharmasraya. Padahal saat itu kedudukannya di Kerajaan Majapahit cukup tinggi, melebihi kedudukan Patih Gajah Mada. Ia memindahkan pusat kerajaan dari Palembang ke Pagaruyung dan mengubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Malayupura.
Dari kisah di atas kita bisa tahu kalo Adityawarman adalah seorang pemimpin dengan kemampuan memimpin yang cakap, negosiator andal, cinta keluarga dan selalu ingat pada leluhurnya. Pantaslah jika namanya diabadikan menjadi nama sebuah museum yang berdiri megah di Jalan Diponegoro 10, Padang, Sumatra Barat.
Ayo hubungi Pegipegi sekarang buat dapetin info lengkap seputar pemesanan tiket pesawat dan booking hotel di sekitar Museum Adityawarman Padang.