Tips

Malas Cuti? Hati-hati Terkena Vacation Deprivation Syndrome!

apa itu vacation deprivation syndrome

Coba ingat-ingat lagi, deh, kapan terakhir kali kamu ambil cuti panjang untuk liburan? Minggu lalu, bulan lalu, atau sudah berniat tidak ingin ambil cuti sepanjang tahun? Duh, jangan terlalu keras bekerja, SobiPegi! Meskipun bekerja adalah kewajiban, tapi kamu tetap harus menjaga kesehatan fisik dan mental, loh.

Jangan sampai, saking giatnya bekerja, kamu malah mengalami Vacation Deprivation Syndrome (VDS) atau sindrom kekurangan liburan. Sudah pernah mendengar istilah tersebut? Kalau belum, yuk, pahami makna dari Vacation Deprivation Syndrome beserta cara mengatasinya dalam ulasan berikut!

Vacation Deprivation Syndrome = No Cuti-Cuti Club?

Sumber: Ilustrasi (Unsplash/ Thought Catalog)

Mungkin istilah Vacation Deprivation Syndrome masih terdengar asing bagi kamu, ya, SobiPegi. Nah,  sebagaimana artinya, istilah ini mengarah pada kondisi ketika seseorang terus-menerus bekerja dan tidak mengambil jatah cutinya sehingga berujung pada kurangnya liburan.

Berdasarkan survei tahun 2021 dari Expedia, ditemukan fakta bahwa orang-orang yang paling rentan mengalami Vacation Deprivation Syndrome adalah para pekerja kantoran. Di Asia, negara dengan kasus VDS tertinggi yaitu Singapura. Sebagian besar penderitanya merupakan pekerja profesional yang menghabiskan waktunya -bahkan hampir semua aspek kehidupannya- di dalam lingkungan kerja saja.

Kondisi tersebut semakin buruk karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan aktivitas masyarakat terbatas, termasuk untuk mengambil cuti dan liburan ke tempat -kota atau negara- lain. Tidak heran bila penderita Vacation Deprivation Syndrome mengalami stres yang lebih parah selama pandemi. Kalau pun memungkinkan untuk cuti, mereka tetap merasa sulit -berat hati- untuk benar-benar tidak bersinggungan dengan pekerjaan. Mengingat, adanya kebijakan Work from Home (WFH) yang memberikan kesempatan karyawan untuk bekerja dari rumah.

Pada dasarnya, ada kelebihan dan kekurangan dari kebijakan tersebut. Di samping tujuannya untuk menekan angka penyebaran COVID-19, nyatanya kebijakan WFH membuat karyawan memiliki waktu bekerja yang fleksibel alias tidak terbatas pada waktu tertentu. Sekalipun cuti, besar kemungkinan karyawan tetap menyentuh jobdesk-nya, baik itu karena ada kondisi urgent maupun perintah dari atasan atau rekan kerja lain yang mengharuskan mereka bekerja meski sedang cuti.

Ada sebanyak 54 persen yang merasa bersalah karena rekan kerja melindungi mereka saat sedang cuti, dan 48 persen mengaku sering kali meminta maaf karena harus merencanakan cuti. Alhasil, mengambil cuti seakan menjadi hal yang sia-sia karena tidak punya kesempatan untuk refreshing dengan cara yang layak.

Dari survei yang sama, diketahui bahwa mayoritas masyarakat Singapura tidak memanfaatkan cuti untuk istirahat; 66 persen menghabiskan waktu liburan untuk pekerjaan sampingan, 57 persen membawa laptop untuk bekerja selama liburan, dan 51 persen sering melakukan meeting conference saat masa cuti.

Walaupun dari data tersebut terlihat cukup miris, sebanyak 94 persen mengatakan, bahwa mereka sebenarnya menghargai waktu cuti. Tercatat 97 persen merasa bahwa mengambil cuti secara teratur setiap bulan sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan diri, 92 persen mengatakan bahwa cuti membantu mereka memiliki pikiran yang lebih positif, dan 90 persen mengklaim bahwa cuti membuat mereka merasa lebih termotivasi di tempat kerja.

Gejala dan Cara Mengatasi Vacation Deprivation Syndrome

Sumber: Ilustrasi (Unsplash/ Dane Wetton)

Disadari atau tidak, Vacation Deprivation Syndrome berpengaruh cukup besar bagi kesehatan mental seseorang. Bukan tidak mungkin, sindrom ini menyebabkan stres yang konstan hingga berujung pada depresi akut lantaran fisik dan mental tidak diberikan kesempatan untuk beristirahat. Bahkan, efek terburuknya dapat menyebabkan kematian -akibat peningkatan tekanan darah, serangan jantung, kerusakan pada sistem saraf, dan stroke-, meski persentase terjadinya terbilang kecil.

Untuk itu, kamu perlu mengantisipasi diri agar tidak mengalami VDS. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini gejala sindrom kekurangan liburan yang perlu kamu tahu:

  • Tersedak tanpa alasan saat berencana hangout dengan teman di tempat yang berbeda.
  • Mencoba mencari jadwal penerbangan meski tidak tahu alasannya.
  • Menangis di kamar mandi sambil menyanyikan lagu-lagu genre ceria.
  • Terlalu bersemangat untuk menemukan tempat-tempat baru dengan tema anti-mainstream.
  • Sering berangan-angan naik pesawat terbang untuk liburan.
  • Berfantasi tentang wahana atau atraksi hiburan seru di tempat wisata.

Dengan mengetahui gejala di atas, kemungkinan besar kamu punya cara sendiri untuk menghadapi kondisi sindrom kekurangan liburan. Berikut ini adalah beberapa tips mengatasi Vacation Deprivation Syndrome yang mungkin berguna untuk kamu terapkan jika sewaktu-waktu merasakan gejalanya:

  • Memanfaatkan fleksibilitas dari kebijakan WFH dengan merencanakan workcation -gabungan dari kata work dan vacation– yang mengarah pada tujuan melakukan pekerjaan di tempat liburan. Ini menjadi tren yang diterapkan banyak perusahaan agar karyawan tetap bisa bekerja full time secara fleksibel tanpa harus datang ke kantor.
  • Mengatur waktu meeting dengan tim satu divisi agar tidak bentrok dengan jadwal cuti yang diambil.
  • Tidak ketergantungan mengecek laptop kerja saat mengambil cuti.
  • Membuat skala prioritas pada hal-hal yang memang penting selama cuti. Ingatlah bahwa pekerjaan bisa menunggu, tapi kesehatan mental adalah yang utama.
  • Menegaskan diri bahwa cuti merupakan hak pekerja sebagai waktu untuk istirahat, recharge energi, dan kesempatan untuk me-time.
  • Menghadiri kelas tertentu untuk menuangkan hobi di luar pekerjaan yang mungkin selama ini tidak sempat tersentuh, misalnya kelas melukis, menari, bermain piano, memasak, dan membuat kerajinan tangan.
  • Menyusun rencana hangout setidaknya 1-2 kali dalam sebulan. Kamu bisa mencari tempat kekinian yang dekat dari rumah atau lokasi workcation.

Itulah ulasan tentang Vacation Deprivation Syndrome atau sindrom kekurangan liburan, termasuk gejala dan cara mengatasinya. Semoga bisa menambah insight kamu, ya, SobiPegi. Gimana, sudah siap ambil cuti panjang? Yups, this is your turn! Tapi sebelum cuti, pastikan pekerjaan kamu sudah selesai terlebih dahulu, ya.

Nah, buat kamu yang ingin melakukan perjalanan ke berbagai destinasi menarik untuk memperbaiki mood, pesan dari sekarang tiket pesawat, tiket kereta, tiket bus & travel, dan hotel pilihan dengan harga terjangkau hanya di Pegipegi. Saatnya #PegipegiLagi #PegipegiYuk!

PESAN TIKET PESAWAT PESAN TIKET KERETA PESAN TIKET BUS & TRAVEL PESAN HOTEL

Jangan lupa install aplikasi Pegipegi lewat Google Play atau App Store untuk memudahkan transaksi kamu, ya!

google-play
apps-store

SUMBER FOTO UTAMA: ILUSTRASI (UNSPLASH/ MAGNET.ME)

Comments

To Top
%d bloggers like this: