Plesiran ke dataran tinggi Dieng paling pas dilakukan saat digelar Dieng Culture Festival (DFC). Dengan menghadiri acara ini, pengunjung akan merasakan bagaimana kombinasi pemandangan alam yang indah serta budaya Jawa bisa memberikan pengalaman tak terlupakan.
Dieng Culture Festival adalah pesta budaya terbesar di Dieng yang secara rutin digelar sejak 2010 silam. Acara yang kental dengan unsur budaya setempat ini digelar tidak hanya untuk melestarikan tradisi, tapi juga menjadi ajang promosi potensi wisata alam dan kebudayaan dataran tinggi Dieng, yang secara geografis berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Wonosobo.
Kegiatan Dieng Culture Festival tidak semata-mata bertujuan untuk kepentingan komersil, tapi juga memberdayakan masyarakat setempat agar memberikan dampak positif kepada penduduknya. Soal pembiayaan, aktivitas Dieng Culture Festival didapat dari partisipasi pengunjung membayar paket tiket DFC serta beberapa sponsor yang turut mendukung terselenggaranya festival budaya ini.
Atraksi Dieng Culture Festival
Acara yang paling dinantikan para pengunjung Dieng Culture Festival adalah prosesi pemotongan rambut gimbal. Keberadaan anak berambut gimbal adalah sebuah fenomena unik yang sudah ada sejak dulu di Dieng, yang dibarengi mitos dari masyarakat setempat.
Rambut gimbal ini tumbuh alami saat seorang anak berusia antara 40 hari dan enam tahun. Uniknya, rambut gimbal ini tidak tumbuh di semua anak di Dieng, melainkan hanya anak-anak tertentu saja. Kehadiran anak gimbal yang tidak dialami semua orang inilah yang membuat pengujung Dieng Culture Festival bertanya-tanya keheranan.
Anak-anak unik ini berambut normal ketika lahir, tapi pada suatu waktu mereka mengalami kenaikan suhu badan yang cukup tinggi dan kemudian muncul bintik di kepala yang diyakini menjadi cikal bakal tumbuhnya rambut gimbal. Semakin hari bintik tersebut membesar dan rambutnya menjadi gimbal. Anak-anak yang memiliki rambut gimbal konon adalah keturunan Tumenggung Kolo Dete, pertapa rambut gimbal dari Majapahit.
Karena bocah berambut gimbal dipercaya akan membawa musibah bagi keluarganya, sehingga harus dipotong melalui sebuah upacara sakral. Hal ini pula yang ikut melatarbelakangi hadirnya Dieng Culture Festival, selain melestarikan budaya Dieng juga meringankan biaya proses pemotongan rambut gimbal karena diyakini bisa memakan kocek tak sedikit.
Sebelum acara puncak Dieng Culture Festival, harus lebih dulu dilakukan ritual doa di beberapa tempat, diantaranya Candi Dwarawati, Candi Arjuna, Senda Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, Kali Pepek, Gua Telaga Warna dan tempat pemakaman dieng.
Pada malam sebelum rangkaian prosesi Dieng Culture Festival akan dilakukan pencucian pusaka yang dibawa saat kirab anak gimbal yang disebut dengan Upacara Jamasan Pusaka. Setelahnya, barulah si anak gimbal diarak menuju tempat pencukuran dari rumah pemangku adat dan melakukan pemberhentian di tempat pencucian rambut, Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu.
Apa yang dinantikan dari Dieng Culture Festival akhirnya tiba juga, yakni pemotongan rambut anak gimbal. Hasil potongan rambut ini kemudian dihanyutkan ke Telaga Warna, yang menjadi simbol bahwa rambut tersebut dikembalikan ke sang pemilik, Ratu Laut Kidul.
Di luar prosesi pemotongan rambut gimbal, masih banyak kegiatan lain yang bisa dinikmati dalam acara Dieng Culture Festival, antara lain jalan sehat, pertunjukan seni, pagelaran wayang kulit, pagelaran Jazz Atas Awan, pesta lampion bahkan minum Purwaceng, minuman ramuan khas Dieng.
Setelah sukses menggelar Dieng Culture Festival selama lima tahun berturut-turut, DCF kembali diadakan tahun ini. Dieng Culture Festival 2015 bakal diselenggarakan mulai 31 Juli sampai 2 Agustus.
Tak kurang dari 4000 lampion siap diterbangkan peserta festival di saat yang bersamaan sebagai penanda kegiatan Dieng Culture Festival, yang diprediksi bakal dihadiri 50 ribu pengunjung.
Panitia penyelenggara telah menyiapkan penginapan atau homestay untuk para peminat Dieng Culture Festival. Kalau kamu takut kehabisan penginapan, tak perlu khawatir karena masih ada alternatof camping ground, tempat berkemah wisatawan yang berniat menyaksikan Dieng Culture Festival 2015.