Meski situasi pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir, dunia pariwisata tampaknya mulai ‘sibuk’ kembali memenuhi kebutuhan para pelancong untuk traveling ke berbagai daerah. Kaum milenial -atau dikenal dengan generasi Y- dan generasi Z termasuk dua kalangan yang berani mengambil risiko untuk berlibur pada masa pandemi saat ini.
Bahkan, ketika beberapa batasan ditetapkan oleh pemerintah bagi para pelaku perjalanan -terutama yang berencana ke luar negeri-, seakan tidak menggoyahkan keinginan milenial dan gen-Z untuk bepergian ke mana saja. Bagi mereka, skenario untuk traveling saat pandemi masih bisa terkontrol. Juga, pencegahannya dapat dilakukan jauh-jauh hari dengan vaksinasi lengkap dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat selama perjalanan.
Prioritas Traveling ala Milenial dan Gen-Z

Sumber: Pegipegi
Merangkum laporan Accenture bertajuk ‘Travel Industry Recovery: Business or Leisure?’, tidak dapat dipungkiri, kondisi pandemi secara mendasar telah mengubah nilai, perilaku, dan prioritas wisatawan, baik itu karena faktor kebutuhan atau pilihan. Tidak mengherankan, saat ini penekanannya adalah pada perjalanan yang seaman dan sesehat mungkin. Dalam praktiknya, sebagian besar pelancong milenial jauh lebih sadar akan dampak lingkungan dan sosial dari pilihan perjalanan mereka. Lalu, membangun tren baru yang pada akhirnya menjadi prioritas utama selama traveling, di antaranya:
1. Kesehatan pribadi yang terintegrasi
Sebelum traveling, mereka meyakinkan diri terlebih dahulu bahwa kesehatan dirinya dalam kondisi ‘cukup baik’ untuk bertemu orang lain sehingga tidak membahayakan kesehatan keluarga dan kerabat yang dikunjungi. Wisatawan juga menginginkan pendekatan yang lebih holistik untuk menunjang kesehatan diri, misalnya ketersediaan fasilitas kebugaran di penginapan atau layanan relaksasi untuk meminimalisir stres selama perjalanan. Dari hasil survei Accenture, sebanyak 68 persen wisatawan memikirkan kesehatan diri sendiri, 73 persen memikirkan kesehatan orang lain di sekitarnya, serta 24 persen berinisiatif tinggi untuk mempertimbangkan fasilitas dan layanan kesehatan selama traveling.
2. Mengutamakan staycation dan perjalanan domestik
Bila dianalisis sepanjang satu tahun terakhir, terlihat bagaimana kondisi pandemi lebih berfokus pada komunitas masyarakat lokal di suatu daerah. Untuk rekreasi, kebanyakan wisatawan memilih tempat yang dapat dijangkau menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, serta mereka lebih cenderung memilih untuk liburan di penginapan yang menawarkan fasilitas hiburan yang memadai atau disebut dengan staycation. Dari sumber yang sama, tercatat sebanyak 68 persen wisatawan tidak menaruh minat naik pesawat terbang pada rencana perjalanan berikutnya.
3. Melakukan kebiasaan-kebiasaan baik
Dalam berbagai survei menunjukkan bahwa wisatawan pada masa pascapandemi mencari pengalaman bersifat kontinyu yang memadukan kebutuhan mereka akan kesehatan dengan sesuatu yang lebih ramah lingkungan. Sebanyak 58 persen wisatawan lebih memikirkan dampak keberlanjutan dalam aspek sosial dan lingkungan selama traveling, dan 86 persen wisatawan ingin melakukan perjalanan yang sustainably, tapi -dalam praktiknya- hanya setengah dari mereka yang melakukannya.
4. Terkoneksi kembali
Sejak pandemi berlangsung, secara fundamental telah mengubah cara orang terhubung satu sama lain. Menurut survei Accenture, sebanyak 65 persen wisatawan saat ini terhubung secara virtual dengan teman dan keluarga mereka. Di Indonesia sendiri, komunikasi virtual dilakukan menggunakan aplikasi digital -seperti WhatsApp, Telegram, dan lainnya-.
Dalam penerapannya, memang memudahkan. Namun keterikatan secara emosional sedikit sulit terbangun, karena antara satu orang dengan orang lain tidak ‘hadir’ secara fisik. Maka dapat dikatakan, tujuan seseorang melakukan perjalanan bukan semata untuk hiburan saja, tapi juga sebagai upaya terkoneksi kembali dengan orang-orang yang sebelumnya lebih sering terhubung secara virtual dan membuka peluang bertemu relasi baru saat traveling.
Pergeseran prioritas traveling bagi wisatawan milenial dan gen-Z tersebut turut mengubah cara perusahaan penyedia jasa travel -termasuk Online Travel Agent (OTA) seperti Pegipegi- dalam membuat strategi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini juga mendorong OTA untuk berpikir kreatif tentang apa yang harus dilakukan dengan aset yang dimiliki. Di satu sisi, juga berupaya menginspirasi customer untuk melakukan perjalanan, setidaknya demi kesehatan mental diri mereka. Serta, semakin gencar melibatkan pemasaran melalui media digital dan produksi content awareness untuk menangkap peluang bisnis.
Hobby Tourism Jadi Tren Baru Traveling Anak Muda

Sumber: Pegipegi
Di samping perubahan prioritas traveling bagi kawula muda, pandemi COVID-19 juga memunculkan tren baru perjalanan yang turut mengubah perilaku masyarakat. Generasi muda saat ini, misalnya, cenderung ingin berwisata yang berhubungan dengan hobi atau kesukaan mereka. Fenomena ini dikenal dengan istilah hobby tourism. Menurut Travel Industry Dictionary, hobby tourism adalah perjalanan yang dilakukan -sering kali dalam kelompok- untuk mengunjungi orang-orang dengan minat yang sama atau untuk terlibat dalam aktivitas hobi tertentu.
Menurut berbagai sumber, jenis wisata yang dominan dikunjungi anak muda adalah wisata outdoor dan alam (adventure) dengan estimasi waktu perjalanan dan jarak tempuh yang relatif singkat. Destinasi wisata tersebut dinilai bisa memberikan keleluasan melakukan hobi mereka, seperti diving, surfing, bersepeda, hiking, dan lainnya. Bahkan menariknya, kaum milenial di Indonesia tidak segan-segan pergi ke luar kota demi mendapatkan experience baru melakukan hobi di daerah lain. Untuk area domestik sendiri, kota-kota yang paling sering dikunjungi yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali.
Selain menawarkan peluang mengembangkan hobi, kota-kota tersebut dipilih karena dapat mendukung aktivitas kerja -yang lazim dilakukan di rumah selama masa pandemi- alias bekerja dari mana saja. Ketersediaan fasilitas memadai di tempat wisata tujuan pun menjadi pertimbangan penting dalam memilih destinasi tujuan. Dengan begitu, tren hobby tourism memungkinkan seseorang bekerja sambil liburan.
Soal akomodasi untuk bermalam bagi milenial dan gen-Z, alih-alih menginap di hotel atau resort mewah, mereka justru memilih berbaur langsung dengan alam alias berkemah. Sebagian milenial mempertimbangkan ketersediaan Wi-Fi atau jaringan internet stabil meski menginap di akomodasi sederhana. Suasana itu menawarkan pengalaman menantang dan terasa kebaruannya. Hal-hal tersebut menjadi poin penting dalam catatan traveling ala milenial dan gen-Z.
Dari penjelasan di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa tren traveling pascapandemi bagi kawula muda memengaruhi prioritas mereka dalam melakukan perjalanan. Mulai dari mengutamakan kondisi kesehatan sebelum, saat, dan setelah traveling, memilih tempat yang mudah dijangkau, hingga mengubah mindset bahwa tujuan traveling tidak selalu untuk bersenang-senang.
Nah, kalau dari pengalaman SobiPegi sendiri, kira-kira hal apa yang memberi perubahan pada tren traveling kamu di masa pandemi? Semoga ulasan kali ini dapat menambah insight kamu, ya. Buat kamu yang sudah merencanakan perjalanan pada momen liburan mendatang, siapkan detail itinerary dari jauh-jauh hari. Pesan sekarang tiket pesawat, tiket kereta, tiket bus & travel, dan hotel promo hanya di Pegipegi.
PESAN TIKET PESAWAT PESAN TIKET KERETA PESAN TIKET BUS PESAN HOTEL PROMO
Agar transaksi kamu lebih murah dan mudah, jangan lupa install aplikasi Pegipegi lewat Google Play atau App Store, ya!
FOTO UTAMA: ILUSTRASI (UNSPLASH/ CLEM ONOJEGHUO)