Seiring dunia semakin terhubung satu sama lain secara digital melalui perkembangan aplikasi, media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, dan lain-lain, tampaknya telah merevolusi cara kita bepergian. Juga, cara setiap individu berkomunikasi dengan sesama dan lingkungan terdekatnya. Meskipun, pada penerapannya tetap memiliki dampak baik dan buruk, media sosial secara dramatis menjadi ‘pintu gerbang’ ke berbagai tempat tanpa batasan ruang dan waktu.
Itulah mengapa, beberapa dekade terakhir diakui sebagai zaman kebangkitan digital melalui media sosial. Khususnya, selama era pandemi yang membuat segelintir orang terisolasi dari keramaian. Kemudian, mencari alternatif hiburan melalui smartphone dan berbagai aplikasi menarik di dalamnya yang dapat diunduh secara ‘cuma-cuma’. Menariknya, keterbukaan orang-orang terhadap perkembangan tersebut dianggap sebagai salah satu ‘pelarian’ agar kehidupan berjalan baik-baik saja, meski rasanya tampak semu karena hanya dapat dilihat sebatas layar bergerak.
Media Sosial Menciptakan Tren Wisata Kekinian

Sumber: Pegipegi
Disadari atau tidak, media sosial merupakan sumber informasi teraktual yang paling mudah diakses pada zaman sekarang, terlepas dari upaya mempertanyakan legitimasi informasi itu. Spot wisata terbaru dengan segala keunikannya bisa cepat meluas hingga viral. Begitu juga dengan tren wisata yang hampir setiap bulan selalu berganti. Terlebih, saat ini bermunculan para selebriti Instagram -disingkat selebgram- dan TikTok dengan jumlah pengikut (followers) yang tinggi. Tidak ketinggalan travel influencer yang dikagumi kaum milenial karena memotivasi anak-anak muda untuk traveling dengan bebas. Mereka membangun citra suatu tempat wisata melalui konten kreatif.
Belum lagi, unggahan foto-foto estetik di media sosial yang membuat para milenial tergugah. Dikutip dari Independent UK, bahwa sebanyak 40 persen milenial di Inggris menentukan tempat wisata berdasarkan Instagrammability-nya untuk dijadikan latar foto yang indah. Bagi kaum milenial, mendapatkan foto Instagram yang bagus dinilai lebih penting daripada peluang untuk mempelajari budaya lokal dari suatu tempat. Dari sini, jelas terlihat betapa berpengaruhnya media sosial bagi wisatawan.
Mengutip salah satu artikel riset Nosto Solutions Inc, bahwa 86 persen orang -didominasi milenial dan Gen-Z– mengaku tertarik pada lokasi wisata tertentu setelah melihat konten otentik yang dibuat para pengguna (user). Sebanyak 50 persen mengatakan akan lebih terinspirasi lagi jika pengguna yang membuat konten itu berasal dari circle keluarga, teman, atau rekan kerja mereka. Kemudian, 60 persen orang mengatakan keaslian konten buatan pengguna adalah yang paling penting, dibandingkan konten dari artis atau influencer maupun brand terkenal. Sementara dalam menentukan akomodasi seperti hotel atau resort, 38 persen orang tidak terpengaruh dengan iklan dari influencer. Mereka justru mempertimbangkan review orang-orang pada akun official dari tempat wisata. Dan terakhir, sebanyak 89 persen orang sangat antusias untuk segera mengunggah foto atau video di media sosial tentang pengalaman perjalanan yang positif dari tempat yang baru mereka kunjungi.
Media Sosial Berpotensi Mengubah Gaya Traveling

Sumber: Pegipegi
Ibarat koin, setiap hal memiliki dua sisi yang berbeda. Jika media sosial dipercaya sebagian besar orang memberikan dampak positif untuk menemukan tempat wisata yang menghibur, maka ada sisi lain yang juga penting dipertimbangkan. Akibat tren wisata di media sosial, banyak orang merasa cemas dan takut saat tidak bisa mengikuti tren tersebut. Perasaan itu memengaruhi kondisi psikologis seseorang yang lebih dikenal dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO).
Dari berbagai sumber disebutkan, bahwa salah satu faktor penyebab FOMO adalah ketika terpaan media sosial tidak berbanding lurus dengan realita. Menimbulkan rasa tidak puas pada hidup sendiri akibat melihat unggahan orang lain yang dianggap lebih menyenangkan. Bila dibiarkan, hal itu dapat berujung pada perilaku tidak sehat dan cenderung impulsif (bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati). Bagi para pelancong, FOMO berpotensi menyebabkan konsekuensi yang merusak waktu dan kondisi finansial karena memaksakan diri untuk bepergian, meski sebenarnya itu bukan prioritas.
Karena media sosial pula, ada semacam penekanan pada gaya traveling seseorang yang mengarah pada kesan mewah, hanya demi mendapat pengakuan ‘keren’ dari orang-orang. Penting diingat, media sosial dapat berbahaya ketika mendorong seseorang menciptakan ekspektasi palsu. Hal itu akan menghilangkan esensi dari perjalanan.
Peran Media Sosial bagi Industri Travel Abad ke-21

Sumber: Pegipegi
Di satu sisi, media sosial punya andil cukup besar terhadap industri pariwisata. Orang-orang tidak lagi merencanakan liburan melalui agen travel konvensional. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan tipe perjalanan yang diinginkan, menyusun anggaran untuk transportasi dan akomodasi, sampai akhirnya menentukan tujuan wisata dari pilihan yang disajikan dalam katalog. Proses tersebut memakan waktu dan dinilai tidak efisien. Maka, perlahan tapi pasti mulai ditinggalkan. Sekarang, inspirasi perjalanan bisa dengan mudah datang dari media sosial.
Alih-alih membolak-balik halaman katalog, cukuplah berselancar di media sosial dan dengan cepat rekomendasi tempat wisata populer muncul dalam beranda. Bahkan, sudah tercantum informasi mengenai biaya, akses ke lokasi yang ingin dituju, serta cara booking transportasi dan akomodasi selama di destinasi tersebut. Merangkum hasil studi berjudul “The Roles of Social Media in Tourists’ Choices of Travel Components”, pada akhirnya media sosial dapat menjadi motivator dan pengaruh yang kuat sebagai penentu keputusan seseorang untuk traveling.
Bila dianalisis, setidaknya ada tiga elemen kunci terkait dengan media sosial dan traveling, yang membuat keduanya sangat relevan satu sama lain. Pertama adalah knowledge, ketika media sosial dan traveling sama-sama membuka peluang bagi seseorang untuk melihat dan mempelajari hal-hal baru. Kedua, aesthetic. Saat media sosial dan traveling menawarkan nilai estetika secara visual. Elemen ketiga yaitu reach, di mana media sosial dan traveling dapat memperluas ‘dunia’ seseorang. Tercermin dari cara seseorang mengambil sikap dalam situasi-situasi tidak terduga selama di perjalanan, hingga mengilhami pesan moral tentang makna perjalanan itu sendiri. Dengan begitu, semakin sering melakukan perjalanan, maka semakin luas pula wawasan seseorang menuju pintu masa depan.
Media Sosial Meningkatkan Brand Awareness

Sumber: Pegipegi
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, penggunaan media sosial dapat dimanfaatkan oleh perusahaan travel sebagai bagian dari strategi pemasaran untuk meningkatkan brand awareness dan penjualan produk. Saat ini, media sosial yang merajai dunia maya, yaitu Facebook, Instagram, dan Twitter. Melalui tiga platform tersebut, perusahaan travel bisa menginspirasi para pengguna untuk pelesiran ke tempat-tempat populer, serta menawarkan kemudahan untuk memesan paket liburan komplet dengan harga terjangkau.
Sebagai perusahaan Online Travel Agent (OTA) di Indonesia, Pegipegi menghadirkan platform pemesanan tiket transportasi dan penginapan melalui situs web dan aplikasi. Masyarakat dapat melakukan reservasi langsung tanpa hambatan. Di satu sisi, kompetisi di industri pariwisata menjadi sangat tinggi. Maka dari itu, Pegipegi terus meningkatkan visibilitas sosial sesuai kebutuhan konsumen dengan menghadirkan promo-promo menarik, salah satunya tentu melalui media sosial. Serta, aktif membangun kolaborasi dengan berbagai mitra, termasuk influencer di media sosial yang memberi dampak positif pada bidang pariwisata.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh media sosial bagi travelers sangat besar. Begitu juga dengan peluang yang dapat dimanfaatkan industri travel saat ini. Semoga dapat menambah insight kamu, ya. Buat SobiPegi yang sudah merencanakan perjalanan, siapkan detail itinerary dari jauh-jauh hari. Saatnya #PegipegiLagi! Jelajahi destinasi domestik dan internasional yang kamu inginkan dengan mudah dan hemat pakai Pegipegi! #PegipegiYuk
PESAN TIKET PESAWAT PESAN TIKET KERETA PESAN TIKET BUS PESAN HOTEL PROMO
Agar transaksi kamu lebih murah dan mudah, jangan lupa install aplikasi Pegipegi lewat Google Play atau App Store, ya!