Sebelum Indonesia merdeka, negara ini terkenal dengan rempah-rempah berkualitas unggulan seperti pala yang berasal dari Fakfak, Papua Barat. Menurut Nanny Uswanas, co-founder Papua Muda Inspiratif sekaligus penduduk asli Fakfak, dalam rilis yang dikirimkan mengutarakan bahwa buah pala sering dijadikan pengganti jeruk di mana 70-80% wilayah di Kabupaten Fakfak merupakan hutan pala endemik. Dengan kata lain, pala sangat berperan penting dalam hal ekonomi, sosial dan budaya, serta ekologi bagi masyarakat Fakfak.
Nggak hanya itu, si kecil ini ternyata menyimpan segudang manfaat, loh. Baik manfaat dari sisi kesehatan, lingkungan, dan khalayak umum terutama masyarakat Fakfak. Kecil-kecil cabe rawit ya ternyata! Nah, kira-kira apa saja fakta menarik mengenai buah pala yang berasal dari Papua? Yuk, simak tujuh fakta menariknya berikut ini.
1. Ibu yang Memberi Kehidupan
Dalam budaya masyarakat Fakfak, Papua Barat, mereka menganggap pohon pala seperti Ibu mereka sendiri. Hal ini lantaran pohon pala dianggap telah memberikan kehidupan sehingga masyarakat setempat menjaga pohon pala dengan sangat baik.
Salah satu cara menjaganya, masyarakat akan memberikan sanksi adat bagi yang menebang pohon pala. Itulah kenapa, ungkapan ‘ibu yang memberi kehidupan’ yang membuat pohon pala dijadikan lambang resmi untuk Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Nanny kemudian menambahkan bahwa laju pembangunan yang mengharuskan untuk membuka lahan-lahan baru memang nggak bisa ditahan. Namun, baginya harus ada regulasi yang mengatur pembukaan lahan baru. Seperti penanaman pohon pala kembali di lokasi-lokasi tertentu sebagai area pelestarian pala atau semacam hutan lindung. Lokasi hutan lindung pun sebaiknya berada di pusat kota supaya mudah dijangkau oleh wisatawan serta menjadikannya sebagai salah satu landscape kota.
2. Alat Barter pada Zaman Dahulu
Ternyata, sebelum negara Indonesia merdeka, pala sudah dianggap sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi oleh bangsa-bangsa lain, loh. Selain itu, dahulu kala, masyarakat Kabupaten Fakfak di pesisir sudah menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa luar Indonesia. Keren, bukan?
Kemudian Nanny mengatakan bahwa, pada saat bangsa lain datang ke Papua, mereka memberi tahu tentang nilai ekonomi biji pala. “Seandainya mereka tidak memberi tahu, pala akan dibiarkan tumbuh begitu saja, tanpa dipetik buahnya”, tutur Nanny.
Sejak saat itulah proses ekspor pertama dimulai dalam bentuk barter pada zaman Belanda. Setelah pemerintah formal mulai terbentuk, barulah masyarakat mengenal pala sebagai komoditas unggulan yang nilainya sangat menjanjikan.
3. Digunakan Sebagai ‘Bank Hidup’
Lantaran musim panen pohon pala terjadi dua hingga tiga kali dalam satu tahun, menjadikan pekerjaan penjual pala bukan sebagai mata pencarian utama bagi masyarakat Fakfak. Dengan kata lain, pekerjaan menjual pala mereka jadikan sebagai sampingan. Dari hasil panen pohon pala, mereka jadikan sebagai dana cadangan atau ‘bank hidup’ yang digunakan untuk mencukupi biaya hidup lainnya. Seperti mengadakan hajatan atau menyekolahkan anak.
Lalu, gimana sih caranya menentukan kalau seorang warga Fakfak berhak menjual pohon pala? Nanny menjelaskan, warga Papua mempunyai hak kepemilikan lahan atau hutan yang sifatnya komunal dengan pembagian yang sudah jelas. Yaitu berdasarkan marga, yang kemudian diturunkan ke keluarga-keluarga. Uniknya, nggak ada peraturan tertulis yang mengatur sistem pembagian tersebut melainkan sudah menjadi kebiasaan atau tradisi secara turun-temurun.
4. Penjaga Lingkungan dari Bencana
SobiPegi tahu nggak sih, kalau ternyata nggak perlu perawatan khusus untuk merawat pohon pala, lantaran pohon tersebut dapat tumbuh subur dan berbuah banyak tanpa pupuk. Wah, hebat banget nih! Nanny menjelaskan bahwa jenis pohon, kontur tanah, lingkungan, dan iklim memang sangat menentukan dalam pertumbuhan pohon pala. Fyi, bahkan, usia pohon pala bisa mencapai ratusan tahun dan masih dapat berbuah.
Kalau SobiPegi menilik pohon pala, dia memiliki diameter batang yang nggak terlalu besar tapi punya akar yang sangat kuat. “Akar inilah yang berperan penting dalam mencegah terjadinya banjir dan longsor. Kabupaten Fakfak jarang sekali mengalami banjir, bukan karena daerahnya yang berbukit-bukit, melainkan karena akar pohon pala yang mencegah bencana tersebut,” jelas Nanny.
Itulah mengapa pohon pala sangat memegang peran penting dalam kelangsungan hidup dan lingkungan masyarakat Fakfak. Maka, bagi masyarakat Fakfak tabu hukumnya jika menebang pohon pala secara sembarangan. Wah, nggak heran ya kalau pohon satu ini dijaga dengan sangat baik.
5. Bagian dari Budaya
Lantaran dipandang sebagai pemberi kehidupan, pala tak lepas dari budaya masyarakat Papua, khususnya warga Fakfak. Setiap kali memanen pala, ada semacam ritual adat yang warga Fakfak biasa lakukan, loh. Seperti mengikat satu pohon pala dengan kain putih untuk mewakili satu hutan pala.
“Ketika bicara soal pala, hutan, dan alam, berarti kita juga bicara tentang kemurahan Tuhan. Karena itu, seorang pemimpin adat yang memimpin upacara mengajak warga memanjatkan doa syukur sesuai agama masing-masing,” tutur Nanny.
Selain itu, ada beberapa ritual lain yang biasa dilakukan oleh warga Fakfak, contohnya, membersihkan gulma di sekitar pohon, pisau yang dipakai untuk memanen pala juga diupacarakan dengan cara menancapkan pisau pada galah. Sakral banget pokoknya.
6. Upaya Pelestarian Pala Papua
Fun-fact, selama ratusan tahun, penyemaian pala berlangsung secara alami oleh burung-burung. Kebayang kerennya seperti apa? Nah, untuk budidaya pala sendiri baru dilakukan sekitar 10-15 tahun lalu dengan cara memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk menanam pala.
Sementara itu, bagian buah pala yang mempunyai nilai jual paling tinggi terdapat pada biji dan fuli yang berwarna merah. Sebaliknya, daging buah pala justru masih jarang dimanfaatkan. Padahal ketika daging buah pala menjadi budidaya hasilnya akan berlimpah. Menurut Nanny dalam rilis yang dikirim, dulunya, daging buah ini hanya dijadikan manisan basah dan kering saja. Namun sekarang, berkat inovasi baru, produk turunanya sudah cukup beragam. Sebut saja seperti sirop, permen, selai, balsem, dan aroma terapi atau minyak atsiri yang nilai jualnya lebih tinggi.
Ofra Shinta Fitri, Sustainable Sourcing Manager Yayasan Inobu (lembaga penelitian nirlaba Indonesia), menambahkan, bahwa pemerintah juga mulai ikut serta merancang program budidaya pohon pala ini, loh. Hanya saja, Ofra berharap budidaya ini tetap menggunakan bibit pala lonjong khas Papua sehingga biodiversitasnya nggak hilang. Terakhir, Nanny berharap bahwa ke depannya buah pala ini bisa membawa manfaat yang lebih untuk masyarakat di luar Papua bahkan hingga luar negeri. Wah, semoga bisa lebih dikenal hingga go internasional, ya!
7. Memiliki Segudang Manfaat Kesehatan
Selain itu, buah pala juga memiliki segudang manfaat untuk kesehatan, loh. Dilansir dari berbagai sumber bertema kesehatan, pertama, khasiat buah pala dapat mengobati insomnia dikarenakan mengandung kadar magnesium yang tinggi. Magnesium dapat mengurangi ketegangan otot serta merangsang pelepasan serotonin atau hormon rileks. Jadi, untuk SobiPegi yang insomnia bisa banget nih mengonsumsi buah pala.
Kedua, ternyata berkhasiat juga untuk jantung, loh. Buah pala kaya akan mineral dan kalium di mana kedua komponen tersebut memegang peranan penting dalam menjaga fungsi organ tubuh, mengurangi tekanan darah, serta menurunkan ketegangan pada sistem kardiovaskular.
Ketiga, si kecil cabe rawit ini bisa mengurangi peradangan dan iritasi pada kulit, meningkatkan kelembaban kulit, sekaligus mengurangi bekas jerawat, cacar, atau bisul. Wah, ayo SobiPegi yang punya masalah kulit bisa banget mengonsumsi ini. Bikin wajah glowing, loh.
Nah, itu dia tujuh fakta menarik buah pala, si kecil pembawa segudang manfaat. Manfaatnya pun nggak main-main. SobiPegi sudah pernah nyoba buah pala, belum? Coba komen di bawah, dong! Buat SobiPegi yang penasaran olahan buah pala asli masyarakat Fakfak, Papua Barat, bisa banget berkunjung langsung ke Papua. Eitss.. Agar perjalananmu mudah, aman, dan nyaman, pesan tiket pesawat dan hotel di Papua lewat Pegipegi, ya!
PESAN TIKET PESAWAT KE PAPUA PESAN HOTEL DI PAPUA
Agar transaksi kamu lebih murah dan mudah, jangan lupa instal aplikasi Pegipegi lewat Google Play atau App Store, ya!