Indonesia bagian timur ternyata menyimpan pesona wisata budaya yang cukup besar, lho. Salah satunya bisa dilihat dari keunikan rumah adat yang tersebar, mulai di Maluku, Papua hingga Flores.
Dengan keragaman budaya yang ada, deretan rumah adat di Indonesia Timur memiliki banyak kisah dan sejarah yang patut digali. Apalagi, setiap rumah punya nilai kehidupan dan fungsinya masing-masing.
Jadi, nggak cuma berguna sebagai tempat berteduh, rumah adat di Maluku, Flores dan Papua juga menjadi ciri khas masyarakat setempat. Penasaran nggak sih apa saja rumah adatnya?
Nah, Pegipegi punya rekomedasi lima rumah adat di Indonesia timur yang wajib kamu kulik keunikan dan keindahannya. Simak, yuk!
Baileo, Maluku
Rumah ada yang satu ini bisa ditemukan di kawasan Maluku yang sekitarnya. Bernama Baileo, rumah adat ini punya fungsi yang cukup menarik, sebagai balai musyarawah masyarakat Maluku. Nggak heran, bentuknya yang memanjak seperti balik membuat rumah ini penuh kedamaian. Konsep rumah panggung nyatanya juga diadaptasi oleh rumah ini.
Namun, Berbeda dengan rumah adat kebanyakan yang ada di Indonesia, rumah adat Baileo dikenal memiliki ukuran yang sangat besar. Soalnya, rumah ini memang berfungsi untuk menampung banyak sekali orang di dalamnya. Selain itu, rumah ini didirikan tanpa dinding membuat areanya terasa lapang dan leluasa.
Sasadu, Maluku Utara
Maluku memang punya beragam koleksi rumah adat. Nah, jika kamu main ke utara Maluku, seperti Pulau Halmahera, maka rumah adat Sasadu akan sangat mudah ditemui.
Rumah adat Sasadu merupakan rumah adat yang diwariskan oleh leluhur suku Sahu di Pulau Halmahera Barat, Maluku Utara. Sasadu berasal dari kata Sasa – Sela – Lamo atau besar dan Tatadus – Tadus atau berlindung, sehingga Sasadu memiliki arti berlindung di rumah besar.
Soal bentuk, rumah adat Sasadu punya bentuk yang sederhana. Seperti kebanyakan rumah adat di Maluku, Sasadu mengusung konsep rumah panggung dengan bahan kayu sebagai pilar penyangga.
Yang bikin menarik, rumah adat Sasadu nggak memiliki pintu dan tanpa dinding penutup. Untuk memasuki rumah adat Sasadu terdapat enam jalan masuk sekaligus jalan keluar. Setiap jalan diperuntukkan untuk orang-orang tertentu. Dua jalan masuk dan keluar khusus untuk perempuan, dua jalan khusus untuk lelaki, dua jalan khusus untuk para tamu.
Honai, Papua
Jika kamu berkunjung ke Papua pedalaman, akan ada satu rumah ada yang bakal sering dijumpai, Honai. Yap, rumah ada khas Suku Dani ini punya bentuk yang unik. Terbuat dari material kayu dengan atap jerami, rumah Honai biasa ditempati oleh pria-pria dewasa. Sementara untuk perempuan, Suku Dani biasanya menggunakan rumah yang berbeda, Ebe’ai.
Meski terlihat kecil, Honai bisa menampung lima hingga 10 orang, lho. Pembuatan rumah Honai pun nggak boleh sembarangan. Karena, hanya boleh dibangun oleh laki-laki saja.
Mod Aki Aksa, Papua Barat
Selain Hanoi, masyarakat Papua, khususnya Papua Barat juga punya beberapa rumah adat yang menarik untuk dikulik. Salah satunya Mod Aki Aksa.
Juga dijuluki rumah kaki seribu, Mod Aki Aksa merupakan rumah tradisional masyarakat suku Arfak di Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan dan kabupaten Pegunungan Arfa
Suku Arfak yang mendiami Papua Barat menyebut rumah ini dengan nama Ig Mam yang punya arti rumah orang pedalaman atau orang-orang yang tinggalnya jauh dari pantai.
Nah, rumah ini pun dibangun dengan beberapa fungsi, lho. Mulai dari tempat tinggal keluarga, tempat penyimpanan harta benda, tempat berdansa hingga tempat berkumulnya anggota keluarga. Nah, di dalamnya pun terdapat beberapa bagian penting, mulai dari Beitet atau kamar khusus laki-laki hingga Beigwei yang merupakan kamar buat perempuan.
Rumah Niang, Flores
Kalau berencana liburan ke Flores, jangan lupa berburu keunikan dari Rumah Niang. Yap, rumah adat khas Desa Todo ini jadi destinasi wisata yang menjanjikan, lho.
Soalnya, rumah ada ini menjadi salah satu bukti kebesaran Raja Todo dan pengaruhnya terhadap Kerajaan Manggarai. Disebut juga sebagai rumah Niang atau Mbaru Niang, rumah adat ini punya bentuk kerucut pada bagian atap.
Rumah adat khas Todo ini cukup mencuri perhatian dunia, saat dinobatkan sebagai salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013 dari UNESCO.
Dengan lima tingkat yang ditompa kayu worok dan bambu, Rumah Niang menyimpan sebuah gendang kulit manusia yang cukup sakral di dalamnya. Gendang inilah yang mampu menceritakan asal usul Kerajaan Manggarai di Desa Todo.
Wah, lagi #ButuhPegipegi? Tenang! Biar liburan makin mudah, jangan lupa pesan tiket pesawat, tiket kereta api, dan hotel murah di Pegipegi!
Agar transaksi kamu lebih murah dan mudah, jangan lupa instal aplikasi Pegipegi lewat Google Play atau App Store, ya!