Benteng Pendem Ngawi atau Benteng Van Den Bosch merupakan bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda. Benteng yang memiliki luas 0.01 km2 ini dibangun pada tahun 1839 hingga tahun 1825. Namanya diambil dari Gubernur Jenderal yang berkuasa kala itu, Font Van Den Bosch.
Di dalam benteng terdapat makam salah satu anak buah Pangeran Diponegoro, KH. Muhammad Nursalim yang gugur dengan cara dipendam hidup-hidup. KH. Muhammad Nursalim sendiri merupakan penyebar agama Islam pertama di wilayah Ngawi yang ditakuti Belanda lantaran tak kenal takut dan tidak mempan ditembak.
Benteng Pendem Ngawi dibuka setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Sebelum memasuki kawasan benteng, Anda harus membayar Rp5.000* per orang. Sementara tarif parkir untuk kendaraan roda dua maupun roda empat sekitar Rp3.000*.
Lokasi Benteng Pendem Ngawi
Jalan Untung Suropati Nomor II, Pelem II, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Cara Menuju Benteng Pendem Ngawi
Untuk mencapai Benteng Pendem Ngawi diperlukan waktu sekitar 23 menit berkendara dari Stasiun Geneng, 32 menit berkendara dari Stasiun Kedunggalar, dan 48 menit berkendara dari Stasiun Walikukun. Tersedia angkutan umum atau ojek yang siap mengantar Anda menuju Benteng Pendem Ngawi.
Sesuai dengan namanya Rumah Dr. Radjiman Wedyodiningrat merupakan bangunan peninggalan tokoh pergerakan Indonesia yang dikenal juga sebagai pimpinan Boedi Oetomo. Di rumah ini, Dr. Radjiman menghabiskan masa tuanya hingga menghembuskan napas terakhir. Dari luar, rumah ini tampak sangat sederhana. Begitu juga dengan perabot yang ada di dalamnya. Meskipun demikian, suasananya sangat tenang dan menyenangkan.
Lokasi Rumah Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Dusun Dirgo, Desa Walikukun, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Cara Menuju Rumah Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Untuk mencapai tempat ini diperlukan waktu sekitar 8 menit berkendara dari Stasiun Walikukun, 35 menit berkendara dari Stasiun Kedunggalar, dan 58 menit berkendara dari Stasiun Geneng. Anda tak perlu khawatir karena tersedia angkutan umum atau ojek yang akan mengantar Anda menuju Rumah Dr. Radjiman Wedyodiningrat.
Museum Trinil merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda purbakala, seperti fosil binatang, fosil manusia purba, dan benda peninggalan lainnya. Jumlah koleksi fosil di Museum Trinil mencapai 1.200 yang terbagi dalam 130 jenis.
Museum edukasi ini sangat layak dikunjungi. Di tempat ini, Anda akan belajar sejarah dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Untuk menikmati berbagai koleksi yang ada, Anda tak perlu membayar tiket masuk karena digratiskan oleh pemerintah. Museum Trinil dibuka setiap hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 08.00 hingga 20.00 WIB.
Lokasi Museum Trinil
Dukuh Pilang, Kelurahan Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Cara Menuju Museum Trinil
Untuk mencapai Museum Trinil diperlukan waktu sekitar 15 menit berkendara dari Stasiun Kedunggalar, 30 menit berkendara dari Stasiun Walikukun, dan 36 menit berkendara dari Stasiun Geneng. Tersedia beragam jenis transportasi umum yang akan mengantar Anda menuju Museum Trinil, mulai dari angkutan umum hingga ojek.