Benteng Van der Wijck merupakan benteng peninggalan penjajah Belanda dari abad ke 18. Benteng ini dikenal sebagai benteng persegi delapan satu-satunya yang ada di Indonesia. Penamaan benteng ini didapatkan dari sosok Van der Wijck yang merupakan komandan pasukan Belanda. Selain itu, benteng ini juga kerap disebut dengan nama Benteng Generaal Cochius.
Benteng Van der Wijck pernah menjadi pusat kegiatan tentara Belanda pada awal abad ke-19. Berdiri tahun 1818, Benteng Van der Wijck berfungsi sebagai tempat pertahanan dan perencanaan penyerangan Belanda terhadap pemberontakan Pangeran Diponegoro. Bangunan berwarna merah bata ini terdiri atas dua lantai dengan tinggi mencapai 10 meter. Total luas Benteng Van der Wijck mencapai 7.170 m2, berisi 16 ruangan besar dan 27 ruangan kecil. Atap benteng berbentuk bukit-bukit kecil untuk memudahkan pengintaian posisi lawan.
Sejak tahun 2000, pihak swasta mengambil alih pengelolaan Benteng Van der Wijck untuk dijadikan destinasi wisata sejarah dan rekreasi keluarga. Selain bisa berfoto dengan latar belakang bangunan benteng yang klasik, wisatawan juga dapat menjelajahi area sekitar benteng dengan kereta mini.
Lokasi Benteng Van der Wijck
Jalan Sapta Marga Nomor 100, Desa Sidayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen.
Cara Menuju Benteng Van der Wijck
Dari Stasiun Gombong, Anda bisa menggunakan angkutan umum, becak, atau kendaraan pribadi dengan lama perjalanan sekitar 7 menit untuk tiba di Benteng Van der Wijck.
Roemah Martha Tilaar adalah rumah masa kecil pengusaha kosmetik Martha Tilaar yang lahir dan dan besar di Gombong. Pemugaran rumah berarsitektur neo klasik Eropa ini membuat bangunan terlihat apik dengan tegel-tegel bermotif dan kaca patri indah.
Dibangun pada tahun 1920, dahulu bangunan ini merupakan rumah tinggal keluarga besar Liem Siaw Lam. Sejak tahun 1970-an, rumah ini terbengkalai. Martha Tilaar pun membeli rumah ini pada 2012, merestorasinya, dan membuka untuk publik pada 2014.
Rumah ini menampilkan suasana kediaman keluarga Martha Tilaar lewat penempatan replika perabotan dan barang-barang koleksi pribadi. Selain itu, beragam kegiatan juga diselenggarakan di tempat ini, seperti workshop, pertunjukan dan pameran seni, festival, dan diskusi.
Roemah Martha Tilaar bukan sekadar museum, tetapi juga berfungsi sebagai wahana yang mempertemukan komunitas dan berkolaborasi lintas disiplin. Untuk berkeliling Roemah Martha Tilaar, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp15.000, sudah termasuk biaya pemandu wisata. Roemah Martha Tilaar buka setiap Selasa-Minggu pukul 09.00-17.00.
Lokasi Roemah Martha Tilaar
Jalan Sempor Lama No. 28, Wonokriyo, Kedungampel, Gombong.
Cara Menuju Roemah Martha Tilaar
Dari Stasiun Gombong, Anda bisa menggunakan angkutan umum atau becak untuk tiba di Roemah Martha Tilaar dengan waktu tempuh sekitar 3 menit.
Lapangan Manunggal, atau yang dikenal sebagai Alun-Alun Gombong merupakan tempat favorit masyarakat setempat untuk berkumpul. Letak Lapangan Manunggal terbilang strategis, tepat di pusat kota Gombong, Di sekeliling lapangan terdapat masjid, gedung olah raga, lapangan tenis, swalayan, dan stasiun pengisian bahan bakar.
Waktu berkunjung paling ramai adalah sore menjelang malam hari. Pengunjung biasanya menghabiskan waktu di Lapangan Manunggal dengan berolahraga, duduk santai bersama teman atau keluarga, menemani anak bermain, sambil menikmati aneka jajanan.
Pada hari Minggu, Lapangan Manunggal menjadi kawasan car free day, sehingga pengunjung pun ramai berdatangan sejak pagi hari untuk memanfaatkan program tersebut. Tidak hanya dipadati oleh mereka yang ingin berolahraga, pedagang pun turut hadir menjajakan aneka barang, makanan, minuman, hingga permainan anak.
Lokasi Lapangan Manunggal
Jalan Manunggal, Gombong.
Cara Menuju Lapangan Manunggal
Dari Stasiun Gombong, Anda bisa berkendara menggunakan angkutan umum atau becak menuju Lapangan Manunggal melalui Jalan Nasional III, dengan waktu tempuh sekitar 6 menit.