Hotel di Tana Toraja

Gosyen Efata Toraja Hotel






Penginapan yang nyaman dan tenang.
Terletak di Makale, Gosyen Efata Toraja Hotel menawarkan lounge bersama. Akomodasi ini menawarkan meja depan 24 jam, dapur bersama, dan WiFi gratis di seluruh properti.



Villa Rante Lemo

Penginapan Yang Tenang Dan Nyaman di Tana Toraja.
Villa Rante Lemo sebuah penginapan yang berlokasi di Makale, Tana Toraja. Suasana ruangan yang bersih dan nyaman, cocok bagi Anda yang akan berlibur bersama keluarga atau teman. Lokasi yang strategis sehingga mudah untuk diakses, dan harga yang terjangkau bisa menjadi pilihan akomodasi perjalanan Anda.

Tentang Tana Toraja
Menurut Dr. C. Pelras, nenek moyang masyarakat yang mendiami Tana Toraja berasal dari Asia dengan 2 gelombang yang berbeda, yaitu bangsa Asia Barat menyebar melalui Jawa terlebih dahulu sebelum akhirnya mendatangi Pulau Sulawesi. Sementara gelombang kedua yaitu bangsa Asia Timur langsung menuju Sulawesi melalui Formosa yang berada di Taiwan dan Filipina.
Menurut sejarah, suku Toraja berasal dari keturunan Yunan dan Tongkin di kaki pegunungan Himalaya, dengan gaya hidup masih menyerupai tata cara orang Austronesia asli yang lebih mirip dengan bangsa Nias.
Lantaran berada di dataran tinggi, maka komoditas utama Tana Toraja ialah sayuran, kopi, cokelat, cengkeh, dan vanila yang kemudian dijual ke luar daerah ataupun pada pasar tradisional yang menjadi penggerak ekonomi Tana Toraja. Selain itu, sektor wisata pun cukup maju pesat lantaran kebudayaan nenek moyang yang masih dipertahankan. Salah satunya adalah tata cara penguburan jenazah yang unik dan berbeda daripada yang lain.
Akses ke Tana Toraja
Untuk dapat melihat secara langsung bagaimana keunikan yang dilakukan dalam proses pemakaman jenazah oleh suku Tana Toraja, Anda dapat datang langsung dengan menggunakan beberapa cara berikut.
Pesawat
Berkunjung ke Toraja dengan pesawat masih menjadi pilihan utama bagi wisatawan. Selain cepat, cara ini juga lebih hemat waktu dan tenaga.
Bandara
Saat ini belum ada bandara udara yang beroperasi untuk dapat mengantarkan wisatawan langsung ke Tana Toraja. Pasalnya, pembangunan Bandar Udara Pongtiku yang berada di Buntu Kunik, dekat dengan ibu kota Tana Toraja yaitu Makale ini baru dimulai pada tahun 2011 dan diperkirakan akan selesai pada tahun 2019. Bandara tersebut berada di area perbukitan yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Tana Toraja.
Kendati demikian, Anda tetap dapat mengunjungi Tana Toraja menggunakan pesawat. Dari Jakarta misalnya, Anda dapat mencari tiket penerbangan yang mengarah pada Palopo dengan pemberhentian sementara di Makassar. Dari Bandara Udara Lagaligo Palopo, Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan bus atau menyewa mobil selama kurang lebih 1 jam perjalanan.
Pesawat yang beroperasi
Bandar Udara Lagaligo atau bisa disebut Bua Airport mampu melayani penerbangan domestik dengan pesawat kecil. Sejak diresmikan pada tahun 2010, sudah empat maskapai yang mendaratkan penumpang di Bandara Lagaligo, yaitu Aviastar Mandiri yang mengantarkan penumpang ke Bone dan Makassar, Garuda Indonesia menuju Bandara Ujung Pandang Makassar, Susi Air dengan tujuan Kolaka dan Kendari, serta Wings Air untuk tujuan Makassar.
Bus
Selain pesawat, Anda pun dapat melakukan perjalanan menuju Tana Toraja menggunakan bus melalui jalur Makassar. Dari Makassar, ada beberapa bus ber-AC yang dapat dipilih, mulai dari biasa, hingga kelas eksklusif yang memiliki fasilitas lengkap dan nyaman. Beberapa perusahaan penyedia bus ialah Litha & Co., Metro Permai, Linan Express, Bintang Prima, Bintang Timur, serta Manggala Trans.
Harga dari tiap bus pun berbeda-beda. Bila bus biasa dapat dibeli tiketnya dengan harga sekitar Rp150.000*, bus eksklusif mematok harga mulai dari Rp250.000 hingga Rp350.000*, sesuai dengan seberapa lengkap fasilitas yang diberikan. Jam beroperasinya dimulai dari pukul 08.00 WITA hingga tengah malam.
*Harga yang tertera sewaktu-waktu dapat berubah.
Area Populer di Tana Toraja
Makale
Berada di ketinggian 1500 dpl, Makale menjadi tempat yang cocok untuk berlibur lantaran ada banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi. ibu kota Tana Toraja ini juga menjadi tempat terdekat untuk calon Bandara Buntu Kunik yang berada di daerah perbukitan. Lemo maupun Desa Wisata Religi Buntu Burake menjadi tempat favorit yang bisa Anda kunjungi ketika berkunjung ke Makale.
Desa Kete Kesu
Desa Kete Kesu merupakan desa adat yang kemudian dijadikan tempat wisata oleh pemerintah Tana Toraja. Beragam rumah khas masyarakat suku Toraja yaitu Tongkonan memenuhi desa tersebut. Anda bahkan dapat mencoba menginap semalam di dalamnya. Mempertahankan adat istiadat, di Kete Kesu masih terdapat peninggalan purba berupa kuburan berbentuk sampan atau perahu yang sudah berusia lebih dari 500 tahun. Museum tempat menyimpan senjata tajam milik masyarakat suku Toraja zaman dahulu, keramik, ukiran, patung, kain yang didapatkan khusus dari China serta bendera Merah Putih yang pertama kali dikibarkan di Tana Toraja pun dapat Anda lihat di Kete Kesu.
Transportasi di Tana Toraja
Ketika Anda menjelajahi Tana Toraja, jangan khawatir dan takut tersesat. Pasalnya, selain dapat menyewa mobil, Anda juga dapat bepergian menggunakan angkutan umum yang sudah ada banyak, terutama di wilayah Rantepao dan Makale yang merupakan pusat kota di Tana Toraja.
Pete-pete
Angkutan umum yang paling banyak dijumpai di Tana Toraja adalah pete-pete. Mini bus berpelat kuning yang beroperasi hingga masuk ke desa-desa kecil. Pete-pete mirip dengan mikrolet bila di Manado atau angkot untuk daerah Jawa.
Kelebihannya, pete-pete melayani untuk semua rute dan dapat mengantarkan penumpang meskipun berbeda jalur. Anda dapat menemukan pete-pete di Terminal Bolu di Rantepao dan Terminal Makale di Makale. Tarifnya pun cukup murah, dimulai dari Rp3.000* (disesuaikan dengan jarak yang harus ditempuh).
Satu minivan pete-pete dapat menerima 10 hingga 11 penumpang tanpa banyak barang bawaan.
Taksi
Meskipun belum sebanyak taksi yang ada di Pulau Jawa dan baru tersedia sekitar 6 unit, tetapi angkutan umum satu ini dapat Anda manfaatkan ketika kemalaman dan tidak ada lagi pete-pete atau sitor yang beroperasi. Anda hanya tinggal menghubungi nomor taksi lokal dan menunggu dijemput. Biasanya taksi tersebut mangkal di depan RS. Elim, Rantepao.
Lainnya
Sitor
Serupa dengan ojek, pangkalan sitor pun ada di sepanjang jalan utama Tana Toraja. Anda dapat menemukan sitor ketika para pengemudi sudah berkumpul di pangkalan, bahkan tidak jarang justru pengemudi sitor yang akan menemui penumpang yang tengah menunggu angkutan umum di jalanan.
Tarif yang dikenakan untuk sitor pun relatif murah. Berkisar Rp3.000* dengan jarak pendek atau Rp100.000* bila ingin bepergian dalam jarak panjang selama 10 jam. Bila Anda ingin menyewa selama 1 hari penuh, pun bisa dengan biaya sekitar Rp150.000* tergantung negosiasi.
Tempat Wisata di Tana Toraja
Tana Toraja menyimpan beragam kekayaan wisata yang kemudian dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi, termasuk Anda.
Alam
Air Terjun Sarambu Assing
Bukan hanya tempat penguburan jenazah dan semua upacara yang mengikuti, yang menjadi daya tarik wisatawan, tetapi juga wisata alam yang mulai dibuka untuk orang umum. Salah satunya ialah Air Terjun Sarambu Assing yang terletak di Desa Lembang Patongkoan Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja. Berjarak sekitar 1,5 jam hingga 2 jam dari Makale, air terjun yang memiliki tinggi sekitar 60 hingga 70 meter ini dapat Anda nikmati setelah menempuh perjalanan melewati jalan setapak.
20 menit dari Air Terjun Sarambu Assing, Anda dapat menemukan aliran sungai yang masih jernih, cocok untuk beristirahat sejenak.
Tiket masuk | : - |
Jam operasional | : - |
Budaya/Sejarah
Upacara Rambu Solo
Hampir semua wilayah di Tana Toraja pasti melaksanakan upacara Rambu Solo, yang mana umumnya terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Rambu Solo merupakan upacara pemakaman untuk jenazah yang sudah meninggal. Selain itu, Rambu Solo juga dapat disebut sebagai penyempurna kematian. Pasalnya, orang yang meninggal tetapi keluarga belum melakukan upacara tersebut, maka jenazah tersebut akan tetap berada di bawah Tongkonan (rumah adat suku Toraja) dan dirawat selayaknya orang sakit, yang mana ditidurkan di atas ranjang, diberi makan dan minum serta makanan kesukaan, diajak berbicara baik oleh anggota keluarga maupun tetangga.
Untuk satu kali upacara Rambu Solo, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari puluhan juta hingga ratusan. Hal tersebut dikarenakan syarat dari upacara adat tersebut adalah menyembelih kerbau sebanyak minimal 24 ekor. Ketika keluarga sudah melakukan upacara tersebut, jenazah baru akan dimakamkan sesuai kepercayaan suku Toraja yaitu menempatkannya di gua dan dibuatkan tua-tua untuk simbolis.
Dalam upacara Rambu Solo, terdapat dua prosesi yaitu Prosesi Pemakaman (rante) dan Pertunjukan Kesenian. Pada rante, acara yang dilakukan ialah Ma'Tudan Mebalun yang berarti membungkus jenazah dengan kain sebelum dimasukkan ke dalam peti. Sedangkan Ma'Roto adalah proses menghias peti menggunakan benang emas juga perak, Ma'Popengkalo Alang yang mana jenazah diarak ke lumbung tempat persemayaman, dan Ma'Palao atau Ma'Pasonglo adalah proses pengarakan dari tongkonan menuju kompleks pemakaman.
Sementara untuk pertunjukan kesenian lebih mengarah pada proses pengorbanan kerbau untuk jenazah yang hendak dimakamkan dengan adanya tarian adat, serta permainan musik daerah khas Tana Toraja seperti Pa'Pompan, Pa'Dali-dali, dan Unnosong.
Tiket masuk | : Gratis* |
Jam operasional | : - |
Memandikan mayat Ma'nene
Kepercayaan lain masyarakat Tana Toraja ialah leluhur yang sudah meninggal bertugas untuk menjaga keturunan yang masih ada. Untuk itu, masyarakat menghormati anggota keluarga yang sudah tidak ada dengan merawat dan memandikan, serta mengganti pakaiannya dengan yang baru, bahkan mendandani begitu rapi seakan hendak pergi ke pesta.
Ma'nene adalah upacara memandikan jenazah yang dilakukan oleh masyarakat Baruppu, yang tinggal di pedalaman Tana Toraja Utara. Umumnya, proses Ma'nene dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh keluarga yang ditinggalkan. Prosesnya mulai peti diambil dari lokasi penyimpanan atau pemakaman. Kemudian jenazah diambil dan dibersihkan oleh anggota keluarga. Ketika dalam proses pengambilan tersebut diiringi doa menggunakan bahasa Toraja Kuno untuk mengantarkan jenazah agar lebih cepat menuju Puya.
Dalam prosesi Ma'nene, terdapat pantangan yang tidak boleh dilakukan yaitu anggota keluarga yang bertugas untuk membersihkan harus memangku dan menjaga mayat agar tidak sampai menyentuh tanah. Selain itu, keunikan dari prosesi Ma'nene adalah mayat yang sudah dibersihkan dapat berdiri tegak dan berjalan. Hal tersebut dikarenakan mantra dan doa-doa yang dilafalkan sebelum prosesi dimulai.
Tiket masuk | : Gratis* |
Jam operasional | : - |
Museum
Museum Ne' Gandeng
Berada di Desa Pelangi, Kecamatan Sadan Balusu, Toraja, Museum Ne' Gandeng merupakan tempat bagi Anda yang ingin belajar mengenai suku Toraja dan segala keunikan upacara adatnya. Di dalam museum yang dikelola oleh Yayasan Keluarga Besar Ne'Gandeng, Anda dapat melihat banyak rumah Tongkonan saling berhadapan yang dapat dijadikan sebagai tempat menginap pula.
Nama Museum Ne' Gandeng berasal dari salah satu nama tetua yang meninggal pada 4 Agustus 1994. Di dalam museum tersebut ada banyak barang-barang yang digunakan untuk upacara adat seperti upacara Rambu Solo.
Tiket masuk | : Rp10.000* per orang |
Jam operasional | : - |
Lainnya
Pohon Tarra
Bila jenazah orang dewasa dimakamkan ke dalam tebing, gua, atau batu setelah dibungkus di peti. Maka untuk bayi, akan dikuburkan di dalam Pohon Tarra yang hanya tumbuh di Desa Kambiru, Tana Toraja.
Proses penguburan bayi tersebut diberi nama Passiliran. Bayi yang meninggal sebelum berusia 6 bulan akan dimasukkan ke dalam lubang yang sudah dibuat di dalam Pohon Tarra dalam keadaan telanjang, seperti ketika masih di dalam rahim, lalu ditutup dengan ijuk. Pohon Tarra dipercaya oleh masyarakat Tana Toraja penganut Aluk Todolo (kepercayaan leluhur) dapat memberi ASI bagi jasad si bayi yang masih suci dari getahnya dan menjaga bayi selayaknya rahim sang ibu.
Meski ada banyak jenazah yang tertanam di dalam batang pohon, akan tetapi bau busuk tidak tercium. Sebab, setelah 20 tahun pohon akan menyembuhkan diri dengan menutup lubang tersebut, sehingga dapat digunakan untuk pemakaman bayi lainnya.
Tiket masuk | : Rp10.000* per orang |
Jam operasional | : Setiap hari, 24 jam* |
Kuliner Tana Toraja
Meski tidak seterkenal rendang dari Padang dan gudeg dari Yogyakarta, akan tetapi kuliner khas Tana Toraja memiliki cita rasa kelezatan yang tinggi, cocok untuk menemani perjalanan selama berkeliling di Tana Toraja.
Tollo' Pamarrasan
Tollo' Pamarrasan merupakan makanan berkuah hitam yang terbuat dari irisan buah pangi—kluwak dan kepayang kalau di Jawa, dengan campuran serbuk biji buah pangi dan serbuk biji cabe. Biasanya Tollo dimasak dengan belut (lendong), ikan emas (karappe), ikan bandeng, ikan bolu, atau bahkan daging babi dan sapi. Maka, jangan heran jika ada banyak nama makanan Tollu' atau Patollu' jika Anda mendatangi rumah makan di Tana Toraja.
Pa'tong
Pa'tong merupakan makanan yang diolah dari daging anjing dengan campuran rempah berupa cabai, lengkuas, serta beberapa rempah khas Tana Toraja. Dikarenakan bahan dasarnya adalah daging anjing, maka olahan ini hanya tersedia di tempat-tempat tertentu. Harganya pun cukup mahal dan tidak semua orang di Toraja mengonsumsinya.
Pa'piong
Bila Anda berkunjung ke Tana Toraja, jangan lewatkan untuk merasakan pa'piong yang disajikan dan diolah menggunakan bambu. Cara memasaknya, bahan dasar yang biasanya berupa daging babi, ayam, atau ikan dicampur dengan bumbu dibungkus dengan daun pisang kemudian dimasukkan ke dalam bambu dan dimasak. Begitu sudah matang, pa'piong dapat dinikmati dengan sayur bulunangko, mayana, atau burak (pohon pisang yang masih muda).
Palopo
Hampir serupa Papeda dari Maluku, polopo juga menggunakan sagu sebagai bahan utama. Akan tetapi, cara pengolahannya berbeda. Palopo dibuat dengan cara tepung sagu dicampur dengan air panas, kemudian dibentuk bulatan kecil dan dicampurkan dengan kuah olahan ikan atau daging dengan sayuran.
Hotel di Tana Toraja
Menjadi destinasi wisata yang diincar wisatawan baik domestik maupun mancanegara, membuat banyak tempat menginap yang mulai tersedia di Tana Toraja untuk membantu Anda melepas penat.
Budget
Khusus untuk Anda yang bepergian secara backpacker ada banyak hotel di Tana Toraja yang menawarkan harga di bawah Rp100 ribuan*. Fasilitasnya pun cukup lengkap dan membuat nyaman untuk sekadar menghilangkan lelah setelah berjalan-jalan selama satu hari penuh. Ada kamar mandi lengkap dengan peralatannya, kasur yang nyaman, dan kipas angin.
Menengah
Bagi Anda yang ingin mendapatkan kenyamanan lebih untuk beristirahat, ada cukup banyak hotel bintang 3 di Tana Toraja. Fasilitasnya meliputi tempat tidur nyaman, kamar mandi bersih dilengkapi perlengkapan mandi, AC/kipas angin, TV, dan restoran. Harga kamarnya sekitar Rp400 ribuan* per malam.
Harga dapat berubah sewaktu-waktu
Catatan penting
Selalu menjaga sikap
Ketika berada di area pemakaman, baik untuk orang dewasa maupun bayi, Anda harus menjaga sikap dan menghormati jasad yang tersimpan di dalamnya. Tidak berbicara kotor, menghujat, bahkan menginjak tengkorak yang tersebar di sekitar area pemakaman.
Jangan usil di tempat baru
Ketika berada di rumah adat Tongkonan, biarkan semua peralatan di tempat, jangan mengotak-atik, terlebih membawanya pulang tanpa izin karena hampir semua interior di rumah adat Tongkonan memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tana Toraja.
Hargai tradisi Tana Toraja
Jangan bingung ketika menemukan masyarakat di sana yang masih menyimpan jenazah keluarga yang meninggal dan mengajaknya berbicara. Bagi anggota keluarga dan tetangga, sebelum diadakannya upacara Rambu Solo, orang yang sudah meninggal itu hanyalah sakit.
Ketika Anda berada di Tana Toraja, tentu ada beberapa hal yang harus dipatuhi.
Ulasan Hotel di Tana Toraja
Agar Anda tidak salah pilih!
Temukan referensi hotel-hotel terbaik di Tana Toraja dari 20 ulasan hotel dengan nila rata-rata 7.3.
Simak ulasan terbaru dari pelanggan Pegipegi.