Hotel di Darul Imarah
Grand Emperom Hotel RedPartner

Ideal stay option for Family Vacations, Couples and Solo Travellers




Akses ke Aceh Besar
Ada beberapa moda transportasi yang bisa kita manfaatkan untuk sampai ke Aceh Besar, yaitu transportasi udara, laut, dan darat. Jika tertarik mengunjungi kota di ujung Pulau Sumatra ini mari kita simak ulasan tentang akses menuju Aceh Besar berikut.
Pesawat
Apabila ingin mengunjungi Aceh Besar menggunakan pesawat, Anda bisa terbang dari Jakarta atau Medan menggunakan berbagai maskapai lokal maupun asing menuju Bandara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, sekitar 48,2 km dari pusat Kabupaten Aceh Besar, Jantho.
Bandara
Bandar Udara Sultan Iskandar Muda sendiri mulai dibuka untuk umum sejak tahun 1943. Selain melayani rute domestik, bandara yang namanya diambil dari nama Raja Aceh di masa lampau ini juga melayani rute internasional. Hingga sekarang setidaknya ada tiga penerbangan internasional yang lepas landas dari Aceh, yaitu rute Aceh-Penang, Aceh-Kuala Lumpur, dan Aceh-Phuket.
Dari Bandara, perjalanan mengelilingi Aceh Besar bisa dilanjutkan dengan bus, mobil sewaan, atau travel melewati Tol Banda Aceh-Sigli. Perjalanan melalui jalan bebas hambatan tersebut tentu saja lebih mudah dan cepat daripada rute konvensional.
Pesawat yang beroperasi
Beberapa maskapai yang dilayani oleh Bandar Udara Sultan Iskandar Muda adalah Citilink, Batik Air, Garuda Indonesia, dan Lion Air untuk rute domestik. Sedangkan untuk rute internasional dilayani oleh AirAsia, Bangkok Airways, dan Malindo Air.
Kapal
Bagi yang senang bepergian dengan moda transportasi air, Anda bisa berkunjung ke Aceh Besar dengan memanfaatkan kapal feri yang berangkat dari Pelabuhan Merak menuju Bakauheni di Lampung.
Dari Pelabuhan Bakauheni di Lampung, perjalanan bisa dilanjutkan menggunakan bus antar provinsi. Anda bisa memilih bus yang melayani rute langsung ke Aceh Besar dan Banda Aceh, atau rute Lampung-Medan. Karena jaraknya cukup jauh, harga tiket bus ke Aceh dari kota mana pun di Sumatra termasuk Lampung cukup mahal. Yaitu sekitar Rp500.000-Rp700.000 per orang.
Bus
Selain jalur udara dan air, Aceh Besar juga bisa diakses melalui jalur darat menggunakan bus antar provinsi. Untuk memanfaatkan bus tersebut, Anda bisa terbang menuju Medan dari kota asal. Dibanding Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Bandara di Medan memang melayani lebih banyak rute domestik.
Sesampainya di bandara, perjalanan bisa dilanjutkan ke terminal menggunakan taksi atau bus. Ada beberapa pilihan PO bus yang bisa kita manfaatkan untuk mencapai Aceh Besar. Jika ingin merasakan perjalanan yang nyaman, Anda bisa memilih armada yang menawarkan bus VIP dengan rute Medan-Aceh. Bus kelas ini umumnya menawarkan fasilitas berupa tempat duduk yang bisa diubah menjadi tempat tidur nyaman, AC, area bebas asap rokok, selimut, bantal, toilet, WiFi, hingga layar TV di setiap tempat duduk.
Fasilitas yang diberikan tersebut bukan tanpa alasan. Karena biasanya, perjalanan Medan-Aceh Besar membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 13 jam. Jadi Anda tidak perlu khawatir akan merasa pegal dan tidak nyaman. Untuk harga tiketnya sendiri cukup variatif dan bisa disesuaikan dengan bujet liburan. Tiket bus Medan-Aceh biasanya dibanderol sekitar Rp180.000 hingga Rp430.000 per orang tergantung PO dan jenis bus yang kita pilih.
Area Populer di Aceh Besar
Ada beberapa kawasan populer di Aceh Besar yang terkenal karena tempat wisata atau keindahan alamnya, di antaranya:
Darul Imarah
Darul Imarah merupakan salah satu kawasan populer dengan bentang alam menawan di Aceh Besar. Daerah ini dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Darul Kamal, sebuah kerajaan kecil yang keberadaannya tidak tercatat dengan baik dalam sejarah. Bukti-bukti tentang keberadaan kerajaan ini bisa dilacak dari tersebarnya jejak arkeologis yang dengan mudah dapat kita temukan di Darul Imarah.
Hal ini pula yang membuat kawasan ini menarik bagi wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, Tidak heran jika di Darul Imarah terdapat banyak vila dan penginapan untuk mengakomodir kebutuhan wisatawan. Selain potensi wisata bersejarah, Darul Imarah juga dikenal dengan sektor pertaniannya.
Bersama beberapa daerah lain di Aceh Besar, Darul Imarah menjadi salah satu pemasok padi untuk Provinsi Aceh, beberapa provinsi di Sumatra, dan provinsi di pulau-pulau lain Indonesia. Kualitas beras yang dihasilkan petani di Darul Imarah cukup baik sehingga selain pasar domestik, beras dari kawasan ini juga dipasok untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional.
Tidak hanya itu, Darul Imarah juga termasuk daerah yang penduduknya sangat memegang teguh adat istiadat dan hukum Islam. Jadi jangan heran jika Anda sering menemukan masjid atau musala di area ini.
Tingkeum
Terletak sekitar 142 km dari Jantho, Tingkeum merupakan salah satu daerah di Aceh Besar yang terkenal karena sektor pertanian dan perkebunannya. Bentang alam berupa pegunungan dan hutan lebat dengan udara yang sejuk membuat daerah ini memiliki iklim yang baik untuk pertumbuhan berbagai tanaman.
Salah satu yang paling banyak ditemui adalah tanaman kopi. Inilah salah satu alasan mengapa Tingkeum dikenal juga dengan nama Desa Kopi. Kopi yang dihasilkan daerah ini tidak hanya berkualitas tetapi juga memiliki potensi besar untuk diimpor ke luar negeri. Selain kopi, Tingkeum juga dikenal karena sumber daya energinya yang melimpah.
Sumber air dan sungai di Tingkeum dimanfaatkan pemerintah setempat untuk menghasilkan energi listrik yang dapat memenuhi kebutuhan energi warga Tingkeum maupun luar desa ini.
Transportasi di Aceh Besar
Untuk membantu Anda dalam menjelajahi berbagai tempat wisata menarik di Kabupaten Aceh Besar, ada beberapa pilihan sarana transportasi yang bisa dimanfaatkan.
Labi-Labi
Labi-labi merupakan kendaraan khas Aceh Besar berupa mobil pick up yang dimodifikasi sehingga memiliki atap dan pembatas di bagian kiri dan kanannya. Kendaraan umum ini mulai digunakan sejak tahun 1980 dan memiliki kapasitas penumpang hingga 16 orang.
Sejak bencana tsunami Aceh tahun 2004 silam, labi-labi beroperasi dari jam 06.30 sampai 18.00. Transportasi unik ini memiliki beberapa rute tetap yang menjangkau ke hampir seluruh bagian Aceh Besar. Untuk mengetahui rute sebuah labi-labi, Anda bisa melihat dari warna kendaraannya. Karena setiap kendaraan memiliki warna yang berbeda tergantung rute yang dilalui.
Trans Jantho
Bus yang mengadaptasi konsep TransJakarta ini baru diresmikan pada bulan April 2019. Jadi rute yang dilayani masih sangat terbatas. Hingga saat ini hanya tersedia satu rute yaitu Lambaro-Jantho yang dilayani oleh tiga unit bus. Trans Jantho bisa jadi alternatif menarik bagi Anda yang ingin berkeliling Aceh Besar menggunakan bus. Tapi untuk menjangkau daerah yang terpencil atau rute lainnya, kendaraan pribadi dan labi-labi bisa menjadi pilihan yang tepat.
Tempat Wisata di Aceh Besar
Bentang alam yang indah, penduduk ramah, serta kekayaan sumber daya alam membuat Aceh Besar memiliki banyak kawasan dengan potensi wisata yang cukup tinggi, yaitu:
Pantai
Lhok Seudu
Pantai Lhok Seudu terletak di kawasan Gunung Geurute sekitar 45 menit berkendara ke sebelah barat Kota Banda Aceh. Selain pemandangan khas pesisir, tempat wisata ini juga dikenal sebagai salah satu situs memancing populer di Aceh Besar. Inilah mengapa saat akhir pekan, Lhok Seudu dipenuhi dengan wisatawan lokal.
Untuk memfasilitasi pengunjung, pengelola menyediakan sebuah kawasan kuliner yang dikenal dengan nama Kantin Ujong Glee. Kantin ini terletak di Lhok Syang, tidak jauh dari Lhok Seudu. Kantin yang berada di atas sebuah gunung kecil ini tidak hanya menawarkan aneka kuliner lezat tetapi juga pemandangan pantai yang indah.
Di bawahnya terdapat sebuah dermaga kayu cantik yang bisa dijadikan spot foto menarik atau tempat bersantai. Pastikan untuk berkunjung ke Lhok Seudu saat sore hari, karena pemandangan matahari terbenam di sini sangat indah. Jika berkunjung ke sini, Anda hanya akan ditarik biaya parkir sekitar Rp2.000 per motor.
Harga tiket | : Gratis* |
Jam operasional | : 24 jam |
Alam
Mon Ceunong
Mon Ceunong merupakan sebuah wisata air terjun dengan kolam alami berwarna hijau kebiruan. Air dari tempat ini sering digunakan warga setempat sebagai sumber mata air karena berasal dari pegunungan. Meskipun disebut air terjun, air yang meluncur dari puncaknya tidak terlalu tinggi.
Tapi hal tersebut yang membuat Mon Ceunong semakin menarik. Karena di dekat air terjun terdapat dua batuan besar yang curam dan eksotis. Jika berkunjung ke tempat ini, Anda sebaiknya tidak bermain air di kolam Mon Ceunong apabila tidak memiliki kemampuan berenang yang memadai.
Karena meskipun jernih dan cantik, kolam air di bawah air terjun cukup dalam dengan dasar bebatuan yang curam. Meskipun begitu, suasana hutan yang asri, pepohonan hijau, segarnya udara, dan gemercik air terjun akan membuat kunjungan wisata ke Mon Ceunong tidak akan sia-sia.
Untuk mencapai air terjun cantik ini, Anda bisa menggunakan sepeda motor yang nantinya bisa diparkir di desa terdekat. Dari desa tersebut perjalanan bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati medan yang cukup sulit.
Harga tiket | : Gratis* |
Jam operasional | : 24 jam |
Bukit Gundul Semeuregui
Untuk sampai ke tempat wisata ini, Anda membutuhkan waktu sekitar 90 menit dari Banda Aceh. Terletak di Jantho, Bukit Gundul Semeuregui menawarkan pemandangan indah berupa barisan bukit dengan sungai jernih yang dilintasi sebuah jembatan cantik. Untuk memudahkan wisatawan ketika mendaki bukit, pengelola membentuk tanah menjadi sebuah tangga.
Meskipun telah disediakan "tangga", tapi pendakian ke atas Bukit Gundul cukup melelahkan karena medannya sulit dan berbatu. Begitu sampai di puncak, rasa lelah karena pendakian akan lenyap sebab pemandangan yang tersaji di depan mata sayang sekali untuk dilewatkan.
Dari atas bukit pengunjung bisa melihat sungai yang berkelok-kelok, hamparan sawah hijau, dan panorama pegunungan yang menawan. Ditambah udara segar dan sejuknya udara, perjalanan ke Bukit Gundul Semeuregui semakin sulit untuk dilupakan.
Harga tiket | : Rp5.000* (untuk biaya parkir) |
Jam operasional | : 24 jam |
Budaya/Sejarah
Benteng Inong Balee
Walaupun dinamakan benteng, tempat ini sebenarnya merupakan kawasan reruntuhan bangunan batu yang berasal dari masa penjajahan Belanda. Tapi jangan khawatir, letak benteng yang berada di atas bukit di ujung Teluk Krueng Raya membuat pemandangan di sekitarnya sangat menarik untuk dinikmati.
Untuk sampai ke reruntuhan Benteng Inong, pengunjung harus melewati jalan setapak yang rusak dan mendaki bukit yang cukup terjal. Begitu sampai di kawasan benteng, pemandangan berupa reruntuhan bangunan dengan latar belakang lautan biru dan langit cerah membuat rasa lelah selama perjalanan terbayarkan.
Benteng Inong Balee dikenal pula sebagai Benteng Malahayati karena pembangunan benteng tersebut memiliki kaitan dengan jasa laksamana laut perempuan pertama di Aceh, Keumala Hayati, yang menjembatani hubungan Kesultanan dengan negara-negara di Eropa.
Harga tiket | : Gratis* |
Jam operasional | : 24 jam |
Lainnya
Desa Ie Seum
Jarak Desa Ie Seum dan Kota Banda Aceh sekitar 1 jam berkendara. Sebelum masuk ke kawasan desa, wisatawan harus melewati pegunungan yang asri terlebih dahulu. Daya tarik utama Desa Ie Seum adalah kolam air panas yang airnya berasal dari Pegunungan Seulawah.
Desa Desa Ie Seum sendiri terletak di kaki Gunung Meuh. Tidak heran begitu menginjakkan kaki di kawasan wisata ini, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan berupa bebatuan yang mengeluarkan uap panas. Ada 4 kolam yang disediakan pengelola, yaitu kolam khusus anak, dua kolam untuk pria, dan satu kolam perempuan yang letaknya terpisah.
Selain berendam di kolam air panas, pengunjung juga bisa merasakan sensasi pijatan uap hangat. Karena di Desa Ie Seum disediakan beberapa panti pijat yang memanfaatkan uap dari aliran air panas di sekitar desa untuk melakukan terapi.
Harga tiket | : Rp3.000* |
Jam operasional | : 07.30–19.30 |
Kolam Mata Ie
Mata Ie dalam Bahasa Indonesia berarti mata air. Tempat wisata berupa kolam mata air alami ini terletak di Kecamatan Darul Imarah tidak jauh dari Rindam Iskandar Muda. Ada dua kolam yang bisa dinikmati di tempat ini, yaitu kolam dangkal khusus untuk anak-anak dan kolam dalam khusus untuk dewasa.
Uniknya, penduduk setempat tidak hanya menggunakan kolam ini untuk berendam dan berenang, tetapi juga mencuci. Untuk sampai ke kolam yang airnya berasal dari Sungai Krueng Daroy ini, Anda bisa menggunakan kendaraan umum atau pribadi. Jalan menuju kawasan wisata sudah cukup baik, jadi tidak perlu khawatir akan merasa lelah saat berwisata ke Kolam Mata Ie di Darul Imarah.
Selain kolam, pengelola juga menyediakan beberapa wahana permainan menarik yang berada di kawasan Hillside. Soal fasilitas jangan khawatir. Ada toilet, musala, dan penginapan di sekitar kawasan wisata untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Karena di sekitarnya masih banyak ditemukan pepohonan rimbun, udara di Kolam Mata Ie sangat sejuk dan segar.
Harga tiket | : Rp3.000* |
Jam operasional | : 24 jam |
*Harga dapat berubah sewaktu-waktu
Kuliner Aceh Besar
Kekayaan budaya dan latar belakang suku bangsa membuat kuliner di Aceh Besar semakin beragam pula. Tertarik untuk mencicipi? Berikut ulasannya.
Kari Kambing
Kari Kambing khas Aceh Besar memiliki cita rasa khas yang membuatnya berbeda dari kebanyakan kari. Ternyata rahasianya terletak dari kuah beulangong yang digunakan. Jika kari biasa menggunakan santan, Kari Kambing Aceh Besar menggunakan kelapa gongseng yang diracik dengan beberapa bumbu dan rempah.
Rasa nikmat kuah ditambah potongan daging kambing yang empuk membuat makanan ini menjadi salah satu menu andalan di beberapa restoran terkenal di Jantho, Darul Imarah, maupun Tingkeum. Kari kambing khas Aceh Besar biasanya disajikan dengan nasi hangat dan lauk pendamping lain yang tidak kalah lezatnya.
Ayam Tangkap
Hidangan ini merupakan makanan berupa ayam goreng yang dipotong kecil-kecil dan disajikan hangat-hangat dengan taburan daun temuru dan pandan. Ayam yang digunakan adalah ayam kampung muda sehingga dagingnya tidak terlalu alot dan nyaman untuk dikonsumsi.
Ayam tangkap biasanya disajikan dengan sambal kecap, hijau, atau asam Sunti dengan nasi panas. Karena bahannya mudah ditemukan, hidangan ayam tangkap bisa dinikmati di hampir setiap tempat makan yang ada di Aceh Besar.
Anyang
Siapa sangka tumisan bunga pepaya bisa menjadi hidangan lezat. Di Aceh Besar, bunga pepaya merupakan bahan utama untuk membuat anyang. Untuk membuat hidangan unik tersebut, warga lokal biasanya merebus bunga pepaya terlebih dahulu sebelum nantinya mencampurkan bahan tersebut dengan bahan lainnya seperti kelapa gongseng, kelapa mengkal, dan kacang tanah yang telah dihaluskan.
Bagi wisatawan vegetarian, hidangan ini sangat tepat untuk dinikmati selama menjelajahi Aceh Besar karena anyang tidak menggunakan bahan hewani sama sekali dalam proses pembuatannya.
Keumamah
Bagi yang bosan dengan daging dan ayam, Keumamah bisa menjadi pilihan bijak. Makanan khas ini berbahan dasar tongkol yang sudah dikeringkan dan dimasak dengan cara ditumis bersama bumbu, rempah, serta cabai. Bagi yang senang dengan masakan pedas, Anda bisa menambahkan cabai dalam jumlah banyak agar kuah yang dihasilkan berwarna kemerahan. Keumamah biasanya disajikan dengan sepiring nasi hangat dan beberapa lauk lain sebagai pendamping.
Asam Sunti
Kuliner unik ini merupakan bumbu dan penyedap rasa wajib yang harus ada dalam setiap masakan khas Aceh Besar. Selain dijadikan bumbu, Asam sunti biasanya juga disajikan sebagai pelengkap hidangan khas Aceh Besar lainnya. Sunti sendiri terbuat dari irisan belimbing wuluh yang dikeringkan dengan cara dijemur dan digarami agar rasa asam yang kuat bisa muncul.
Hotel di Aceh Besar
Ada banyak jenis penginapan yang mampu mengakomodasi kebutuhan wisatawan selama berada di Aceh Besar, di antaranya:
Budget
Karena letaknya tidak jauh dari Banda Aceh, untuk menginap biasanya banyak wisatawan yang mencari akomodasi di ibu kota Provinsi Aceh tersebut. Jadi jangan heran jika ada banyak sekali hotel murah di Banda Aceh. Meskipun begitu bukan berarti tidak ada hotel di Aceh Besar.
Di Aceh Besar kebanyakan hotel yang bertarif miring berlokasi di Darul Imarah dan Jantho. Fasilitas yang ditawarkan cukup memadai dan sesuai dengan kebutuhan seperti: TV, kamar mandi dalam, tempat tidur nyaman, akses WiFi, dan sarapan pagi. Tarifnya pun cukup variatif, yaitu sekitar Rp200.000-Rp300.000 per malam.
Menengah
Ada beberapa hotel di Banda Aceh yang bisa dikategorikan kelas menengah. Salah satunya adalah The Pade Hotel yang terletak di Jalan Soekarno Hatta No. 1, Desa Daroy Kamue, Banda Aceh. Hotel dengan arsitektur yang terinspirasi bangunan dari Timur Tengah ini menawarkan penginapan nyaman dengan fasilitas yang mumpuni.
Hotel di Aceh Besar dengan kelas menengah seperti The Pade ini biasanya mematok tarif sekitar Rp700.000-Rp1.700.000* per malamnya. Selain fasilitas kamar, wisatawan yang menginap di sini juga berhak menikmati fasilitas umum di hotel seperti restoran, brankas, taman, atau kolam renang.
Catatan penting
Ketika ingin menjelajahi Aceh Besar dan segala keindahan di dalamnya, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, yaitu:
Memakai pakaian yang sopan
Aceh merupakan daerah istimewa yang diperkenankan menerapkan hukum Islam. Jadi saat berwisata ke daerah ini, sebaiknya gunakan pakaian yang sopan dan menutup aurat. Bagi wisatawan perempuan yang beragama Islam, sebaiknya gunakan penutup kepala berupa kerudung atau hijab. Bagi yang nonmuslim, gunakan scarf atau topi. Jangan sampai hanya gara-gara pakaian, liburan kita di Aceh Besar terhambat karena ditahan oleh polisi syariat.
Atur jadwal liburan dengan cermat
Di Aceh diberlakukan jam malam terutama untuk perempuan. Jadi jika liburan mandiri, sebaiknya Anda sudah kembali ke hotel sebelum jam 10 malam. Untuk itulah, perencanaan jadwal dan waktu berkunjung ke tempat wisata di Aceh yang cermat sangat diperlukan. Bagi yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya bawa buku nikah Anda saat liburan.
Ulasan Hotel di Darul Imarah
Agar Anda tidak salah pilih!
Temukan referensi hotel-hotel terbaik di Darul Imarah dari 1 ulasan hotel dengan nila rata-rata 10.0.
Simak ulasan terbaru dari pelanggan Pegipegi.